Ibu Yati adalah seorang pejuang nafkah yang telah berusia 58 tahun. Ibu Yati telah menjadi pejuang nafkah bagi anak-anaknya semenjak kematian sang suami. Kini Ibu Yati tinggal bersama anak bungsunya yang masih kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Pandemi yang tak kunjung usai menjadikan Ibu Yati dan anak bungsunya hanya dapat bekerja dengan pekerjaan seadanya. Sehari-harinya Ibu Yati bekerja sebagai buruh yang menerima panggilan dari tetangga dengan kebutuhan membersihkan rumah, mencuci baju, menyeterika baju dan pekerjaan asisten rumah tangga (ART) pada umumnya. Kendala pandemi yang berkepanjangan membuat tak seorang pun berani untuk memperkerjakan Ibu Yati dan anaknya secara tetap atau dalam jangka waktu yang lama sehingga dengan terpaksa mereka harus bertahan hidup dengan penghasilan yang antara ada dan tiada karena bergantung pada kesediaan lapangan pekerjaan.

Tak berhenti di masalah pekerjaan, Ibu Yati dan anaknya saat ini tinggal di rumah mereka yang sudah tak layak untuk ditinggali. Berbagai lobang telah menghinggapi dinding rumah mereka yang pada dasarnya bukanlah rumah yang mewah ini. Sehingga, setiap kali hujan turun, mereka harus berperang dengan dinginnya air yang menetesi lantai rumah yang sewaktu-waktu dapat membanjiri kasur tipis tempat mereka tidur melepaskan lelap.

Tim Rumah Umat mengajak para orang baik untuk kembali peduli dan mengingat bahwa masih ada banyak pejuang nafkah yang membutuhkan bantuan kita. Secara harfiah, mungkin tak pernah tersebutkan oleh mereka bahwa mereka membutuhkan sesuatu, begitu pula dengan kebaikan dan doa yang mereka lantunkan pada orang-orang yang telah membantu mereka, mungkin tidak akan terdengar di telinga kita. Akan tetapi, Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar, Allah mengetahui siapa saja yang telah berbuat baik dan peduli pada sesama. Yuk, bersama-sama kita wujudkan rumah yang layak untuk ditempati oleh Ibu Yati dan keluarga kecilnya, agar setidaknya mereka dapat menghangatkan tubuh di tengah dinginnya perjuangan mereka untuk mendapatkan nafkah bagi keluarga mereka.