Pencairan Dana Rp 198.101

<figure><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/bantutetangga/public/news/8Px0FLWBDGXq.jpg" alt="cover" data-image="n705aaaz1asc"></figure>
Assalamu'alaikum, Tetangga Baik.
Namanya, Pak Pandi, pejuang nafkah dengan keterbatasan kaki lumpuh yang semangat berjualan cilok. Berkeliling bertumpu pada roda gerobak untuk berjalan. Keterbatasan tidak membuatnya hengkang dari tanggung jawab sebagai kepala keluarga.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/bantutetangga/public/campaign/UfR8COXVQSGI.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; width: initial !important;" data-image="cj7ytov2xyvr"></figure>
Selama menikah, Pak Pandi belum dikaruniai putra. Pak Pandi dan istri memutuskan untuk adopsi anak dari saudaranya. Alhamdulillah, hingga saat ini anak Pandi mau menemani dan membantu mengurus kebutuhan ayahnya.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/bantutetangga/public/campaign/jNeqNPnCyzYc.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; width: initial !important;" data-image="qvc725hqe6w1"></figure>
Tetangga baik, insyaaAllah bantuan yang dikumpulkan untuk membantu Pak Pandi berkah sebab digunakan untuk membeli tabung gas dan sembako untuk menunjang kehidupan sehari-hari. 
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/bantutetangga/public/campaign/hJtnHYcRhKl7.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; width: initial !important;" data-image="tt6ewq3o50c6"></figure>
Semoga rezeki Pak Pandi berkah dan melimpah hingga bisa meneruskan langkah kebaikan para Tetangga Baik. Semoga Pak Pandi bisa menyekolahkan anaknya hingga sukses. Aamiin.
Dukung terus Pak Pandi dan orang-orang sepertinya untuk mudah menjalani hidup. Mari bersama entaskan kepayahan dan kesusahan para tetangga kita di luar sana. 

Barakallahu fiik.

MasyaaAllah, Keberkahan Modal untuk Pak Pandi si Penjual Cilok

Pencairan Dana Rp 10.023.758

Meski hidup sebatang kara dengan kaki yang tak sempurna, Abah Pandi berjalan berkilo-kilo meter keliling kampung demi jualan cilok. Tak jarang seharian lapar karena dagangannya tak terjual.
---
Sejak sang istri meninggal 8 tahun lalu, Abah Pandi hidup sendirian. Apalagi selama menikah, abah juga tidak mempunyai anak.
Hidup sebatang kara membuat Abah Pandi (72 tahun) harus berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri. Abah mengawali harinya dengan berjalan keliling kampung Cirengit menjajakan cilok dagangannya yang ia buat sendiri di rumah.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/bantutetangga/public/patungan-warung-pertama-untuk-abah-pandi-72-tahun-campaign-body-0.jpg"></figure>
Di satu sisi, pandemi masih mengancam, tubuhnya pun sudah renta, apalagi kakinya tidak normal sejak lahir. Namun, Abah tetap semangat berjuang keras mengais rezeki. Abah tak mau berdiam diri dan hanya berpangku tangan pada orang lain.
“Kalo ciloknya laku, seharian keliling alhamdulillah bisa dapat 30 ribu. Kalo sekarang mah susah neng, sering nyisa banyak. Biasanya Abah suka bagiin ke tetangga aja,” ujar Abah Pandi.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/bantutetangga/public/patungan-warung-pertama-untuk-abah-pandi-72-tahun-campaign-body-1.jpg"></figure>
Tubuh Abah semakin renta dan kakinya pun sering kesakitan karena dipaksa berjalan jauh mendorong gerobak ciloknya. Pikiran jika Abah sakit sampai tak bisa berjualan lagi sering menghampirinya.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/bantutetangga/public/patungan-warung-pertama-untuk-abah-pandi-72-tahun-campaign-body-2.jpg"></figure>
Kalau tidak berjualan, entah dari mana nanti Abah bisa makan. Apalagi Abah sudah tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Andai punya rezeki, Abah Pandi bercita-cita punya usaha warung di rumah agar bisa berdaya di usia senjanya.
Tetangga Baik, berkenankah mewujudkan keinginan sederhana Abah Pandi dan membantunya berdaya di usia senja?

Orang Sholeh, berkenankah mewujudkan keinginan sederhana Abah Pandi dan membantunya berdaya di usia senja?

Patungan Warung Pertama untuk Abah Pandi (72 Tahun)

Meski hidup sebatang kara dengan kaki yang tak sempurna, Abah Pandi berjalan berkilo-kilo meter keliling kampung demi jualan cilok. Tak jarang seharian lapar karena dagangannya tak terjual.
---
Sejak sang istri meninggal 8 tahun lalu, Abah Pandi hidup sendirian. Apalagi selama menikah, abah juga tidak mempunyai anak.
Hidup sebatang kara membuat Abah Pandi (72 tahun) harus berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri. Abah mengawali harinya dengan berjalan keliling kampung Cirengit menjajakan cilok dagangannya yang ia buat sendiri di rumah.

Di satu sisi, pandemi masih mengancam, tubuhnya pun sudah renta, apalagi kakinya tidak normal sejak lahir. Namun, Abah tetap semangat berjuang keras mengais rezeki. Abah tak mau berdiam diri dan hanya berpangku tangan pada orang lain.
“Kalo ciloknya laku, seharian keliling alhamdulillah bisa dapat 30 ribu. Kalo sekarang mah susah neng, sering nyisa banyak. Biasanya Abah suka bagiin ke tetangga aja,” ujar Abah Pandi.

Tubuh Abah semakin renta dan kakinya pun sering kesakitan karena dipaksa berjalan jauh mendorong gerobak ciloknya. Pikiran jika Abah sakit sampai tak bisa berjualan lagi sering menghampirinya.

Kalau tidak berjualan, entah dari mana nanti Abah bisa makan. Apalagi Abah sudah tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Andai punya rezeki, Abah Pandi bercita-cita punya usaha warung di rumah agar bisa berdaya di usia senjanya.
Tetangga Baik, berkenankah mewujudkan keinginan sederhana Abah Pandi dan membantunya berdaya di usia senja?

Yayasan Bantu Tetangga Mulia adalah Lembaga Sosial yang bergerak di bidang kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan pendidikan dengan wilayah program di perkotaan padat penduduk khususnya keluarga prasejahtera.

Patungan Warung Pertama untuk Abah Pandi (72 Tahun)

Info Lembaga

Tentang program

Berita Terbaru

Donatur