Manusia mana yang siap diuji dengan penderitaan tanpa ayah dan ibu hingga mengidap penyakit kronis langka yang membuatnya dibully orang? 

Pilunya kenyataan itu harus dihadapi Dek Aisyah Nur Alena yang masih berusia 7 tahun! 

Bagaikan Jatuh Tertimpa Tangga, Alena sudah ditinggalkan meninggal oleh Ibunda sejak usia 4 Hari setelah ia lahir, tak lama ayahnya menyusul 5 bulan setelah ibunya meninggal. Pilu memang.. dan sampai saat ini Alena hanya mengetahui wajah Ayah serta Ibunya dari foto yang selalu ia pegang ketika tidur.

Benjolan besar terlihat jelas di bagian pipi kanan hingga kuping Alena,terasa sakit dan panas yang membuat Alena Menangis semalaman penuh!

Hanya pengobatan dan operasi yang menjadi satu-satunya jalan untuk menyelamatkan dek Alena. Ditambah kelainan kulit yang mengancam masa depan dek Alena, setengah dari tubuhnya menghitam serta gatal.

Semakin bertambahnya usia Alena ia semakin menyadari apa yang ia alami sehingga terkadang ia minder dan tak jarang mengurung diri karena malu untuk bermain ditambah olokan dari teman-temannya yang menganggap ia berbeda dengan teman sejawatnya. Hanya Ibu Yesi lah (Uwa Alena) yang menjadi dermaga kasih sayang Alena.

Ibu Yesi adalah Kakak dari Alm Ibunda Alena yang saat ini rela mengurus dan membesarkan Alena walaupun ia seorang single (janda).

Untuk menghidupi Alena dan 2 anaknya Ibu Yesi bekerja sebagai sales produk biskuit yang penghasilannya pun pas-pasan. Mungkin itulah alasan hingga kini Alena belum ditangani medis, karena keterbatasan ekonomi yang memaksa Ibu Yesi mengurungkan niat untuk membawa Alena berobat. 

Padahal penyakit yang Alena derita menurut dokter harus segera ditangani karena Alena mengidap penyakit Malignant Neoplasm Of Mandible atau Tumor yang berbahaya.

Keadaan kian pilu setelah Bu Yessi mengetahui Alena jadi korban bullying dan sempat pindah sekolah karena kondisi wajah dan kulitnya dari penyakit yang Alena derita. 

Saat ini Alena duduk di kelas 1 SD dan satu sekolah dengan anak dari Bu Yesi, harapannya agar ia dijaga dan dibela ketika ada hal yang kurang mengenakan.

Rasa Sakit, perih, dan panas bagaikan makanan sehari-hari Bagi Alena. 

Terlebih pengalaman pahit juga harus Alena telan mentah-mentah saat ia menjadi bahan olokan teman-temannya yang tak ingin bermain bersamanya. 

Alena kecil yang tak berdosa hanya bisa pulang ke rumah Uwanya dalam keadaan menangis dan malu dijauhi teman-temannya. Bocah cantik ini pun hampir tak ingin masuk sekolah karena trauma. Untungnya di sekolah yang sekarang Alena bisa dijaga oleh saudaranya.

“Cita-Cita Alena ingin menjadi dokter, ingin bisa menolong orang-orang sakit, agar tidak ada lagi yang sakit seperti Alena” Ungkap Alena saat kami Tanya mengenai cita-citanya.

“Ibu, Alena Mau Sembuh Alena Mau Cantik Seperti Ibu” ungkap Alena spontan saat kami mewawancarai Bu Yesi

Namun kenyataannya tak semudah itu, upah Bu Yesi yang tak seberapa hanya cukup untuk biaya makan sehari-hari saja.

Meskipun Alena pernah di periksa ke RSUD setempat namun itu hanya sekali saja dan tak pernah lagi hingga kini. Bukan tanpa alasan namun karena keadaan ekonomi yang memaksanya mengurungkan niat berobat. Apalagi biaya pengobatan penyakit Alena ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.

#SahabatAmal, sungguh masih cerah masa depan Dek Alena yang sangat ceria, namun dibalik keceriaannya itu ada harapan besar yaitu kesembuhan.

Yuk bersama bantu Alena untuk bisa pergi obati tumor ganas dan langka.

Dengan cara:

1. Klik tombol "DONASI SEKARANG"
2. Isi nominal donasi yang ingin diberikan
3. Pilih metode pembayaran GO-PAY/Mandiri/BCA/BNI/BNI Syariah/ BRI dan kartu kredit