“Upah memanjat pohon lontar dan jualan kadang gak sampai Rp20.000, Pak. Belum cukup untuk mengobati anak saya," kata Pak Ahmad, ayah dari Maulana yang mengalami gizi buruk dan tuberkulosis paru-paru.

Pak Ahmad dan istrinya tidak menyangka anak mereka harus mengalami masa-masa sulit sejak kecil.

4 bulan lalu, Maulana sering mengalami sesak napas dan batuk. Tidurnya menjadi tidak nyenyak. Seiring berjalannya waktu, tubuhnya juga semakin kurus.

Pak Ahmad segera membawa Maulana ke puskesmas terdekat. Setelah diperiksa, dokter menyatakan Maulana mengalami gizi buruk dan tuberkulosis paru-paru.

“Usia Maulana baru satu tahun. Tapi, anak saya harus sakit begini. Kasihan, Pak,” jawab Pak Ahmad ketika ditanya mengenai kondisi Maulana.

“Maulana juga tidak bisa minum asi ibunya, Pak. Karena uangnya sedikit, saya biasanya kasih dia air teh,” kata Pak Ahmad melanjutkan ceritanya.

Untuk saat ini, Pak Ahmad dan istrinya hanya bisa mengobati Maulana dengan obat-obatan tradisional.

Mereka sedang berusaha mengumpulkan biaya pengobatan supaya Maulana bisa berobat ke rumah sakit umum di kota.
Pak Ahmad bekerja sebagai pemanjat pohon lontar yang air buahnya kemudian dijual seharga 5.000-10.000.

Semakin banyak pohon lontar yang ia panjat, maka penghasilannya akan semakin besar. Namun terkadang tidak ada yang membeli air buahnya.

“Penghasilan saya tidak menentu, Pak. Terkadang untuk makan saja masih susah. Do’akan saya ya, Pak. Semoga saya bisa bawa Maulana ke rumah sakit,” harap Pak Ahmad.

Pak Ahmad bersama istri dan anaknya tinggal di Dusun Potu, Desa Lanta, Kecamatan Lambu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.

Sahabat, Pak Ahmad terus berjuang agar Maulana bisa cepat sembuh. Ia berjuang demi kesembuhan anaknya yang baru berusia 1 tahun.