“Rizal dan Muzni sudah dari kecil alami gizi buruk, Pak. Tubuh anak-anak saya sangat kurus sampai tulang-tulangnya kelihatan,” – Ibu Maeti (ibu dari dua orang anak yang alami gizi buruk)

Rizal dan Muzni berasal daril Senggigi, Batulayar, Lombok Barat. Dua kakak beradik ini memiliki kondisi berbeda dari saudara-saudaranya. Mereka mengalami gizi buruk sejak berusia 2 tahun.

Tubuh mereka sangat kurus, tulang-tulang mereka terlihat. Bahkan kondisi Rizal sangat parah, saking kurusnya, ia tidak bisa bergerak dan harus selalu digendong oleh ibunya.

“Rizal harus selalu digendong dan disuapi saya, Pak. Muzni dan Rizal tidak bisa melakukan apa-apa sendiri,” cerita Ibu Maeti.

Karena parahnya kondisi Rizal, ia harus makan dan minum melalui selang medis supaya asupan bergizi dan obat tetap bisa dikonsumsi.

Orang tuanya sudah membawanya ke rumah sakit di kabupaten. Tapi, dengan penghasilan tak menentu orang tuanya belum bisa membiayai pengobatan kedua anaknya.

Apa yang dialami oleh Rizal dan Muzni, ternyata dialami juga oleh anak-anak pedalaman lainnya, seperti Maulana dan Husnul.

Maulana yang baru berusia 1 tahun harus berjuang untuk sembuh dari gizi buruk. Tubuhnya semakin kurus, ia juga tidak bisa minum asi ibunya. Maulana biasa diberi air teh untuk minum karena tidak ada biaya untuk membeli susu formula.

Begitu juga dengan Husnul yang hanya bisa terbaring dan tubuhnya yang semakin hari semakin kurus. Sehari-hari husnul hanya bisa digendong karena sudah tidak kuat lagi untuk berjalan. Sementara orang tua husnul hanya berpenghasilan 50.000/hari.

Sahabat, mereka adalah potret anak-anak pedalaman yang berjuang ingin sembuh dari gizi buruk namun terkendala oleh biaya.