“Sehari Rozi ganti perban dan kantong ini bisa sampai 6 kali, Pak. Kotoran sering berceceran di perutnya yang berlubang ini. Ini pasti pedih dan gatal. Belum lagi anak saya berkebutuhan khusus jadi belum bisa apa-apa, Pak. Kalau perutnya sudah tidak nyaman, dia cuma menangis terus-terusan,” tutur Bu Sri Anita, ibunda dari difabel pejuang Hirschsprung.

Sejak usia 2 tahun, Fakhrul Rozi didiagnosis mengidap Post Colostomy Hirschsprung. Penyakit gangguan pada usus yang membuat feses Rozi terjebak di ususnya. Akhirnya, dokter membuat lubang di perut Rozi agar kotoran itu bisa dikeluarkan dari ususnya.

Penanganan penyakit Rozi tak sampai di sini saja. Orang tuanya membawa Rozi dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya yang lebih besar karena penyakit Rozi membutuhkan fasilitas yang memadai. Perjuangan orang tuanya bolak-balik ke rumah sakit di kota itu menghabiskan tabungan mereka yang seadanya dari bekerja serabutan. Alhasil, mereka memutuskan untuk menghentikan pengobatan dan mencoba menangani anaknya sendiri karena sudah kehabisan biaya.

Dengan berbekal pengetahuan seadanya, ibu Rozi tekun mengganti perban dan kantong usus Rozi sendiri. Setidaknya, itu yang bisa dilakukan ibunya Rozi selama 4 tahun terakhir sambil menunggu tabungannya terkumpul kembali untuk berobat lagi.

“Suami saya kerja serabutan aja, Pak. Kadang ada pekerjaan kalau ada yang minta bantuan, kadang tidak ada pekerjaan sama sekali. Sedangkan untuk sekali ke rumah sakit kita harus persiapan minimal Rp1 juta. Itu pun terkadang kurang untuk kebutuhan lainnya selama berobat di sana, Pak,” tambah Bu Sri Anita pada relawan kami.

Kini Bu Sri dan suaminya masih mengumpulkan uang agar anaknya bisa berobat lagi dari kediamannya di Selat Tanjung Medan, Kec. Datuk Bandar Timur, Kota Tanjungbalai, Prov. Sumatera Utara.

Kakak Baik, kalau Rozi tak segera diobati, usus Rozi bisa saja infeksi dan kesehatannya terancam. Maukah bantu Rozi agar bisa benar-benar sembuh dari penyakit Hirschsprung ini?

Rumah Asuh

Jl. Cicalengka Raya No. 5

Antapani, Bandung