pemeriksaan ke dokter dan biaya operasional

Pencairan Dana Rp 282.218

Siapa sangka kecelakaan yang telah berlalu 4 tahun lamanya, bisa meninggalkan kelainan tulang dan saraf yang sangat parah. Tangan dan kaki Pipin perlahan menjadi bengkok, bahkan diperburuk dengan tumor ganas yang terus menerus mencuri nutrisi hingga tubuh Pipin mengecil.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/insanbumimandiri/public/campaign/f4wk6oCbc7Ut.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; margin-bottom: 16px; width: initial !important;" data-image="qt86hg01ifct"></figure>

Kecelakaan tersebut terjadi saat Pipin masih duduk di kelas 4 SD. Sepulang sekolah, sebuah motor melaju kencang dan melindas tubuh kecilnya. Kala itu, Pipin merasa dirinya tak terluka sama sekali selain lecet biasa.
Ternyata hal itu salah. Sejak tragedi tersebut, Pipin sering merasa lelah dan lambat laun makin tak sanggup berjalan jauh. Hingga puncaknya di tahun 2020, ia bahkan tak bisa bangkit dari posisi tidurnya.
Tragisnya, Pipin kembali diuji dengan tumor ganas yang tumbuh di wajahnya. Bukan hanya membuat pipinya semakin besar, tumor tersebut juga mencuri nutrisi dari tubuh Pipin hingga tubuhnya semakin menyusut dari waktu ke waktu.
<figure class="media" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><iframe src="https://www.youtube.com/embed/IugVOK_8A0o" width="100%" height="230px" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen="true" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle;"></iframe></figure>

“Terpukul hati saya melihat Pipin sakit parah seperti ini. Apalagi dia anak saya satu-satunya,” ujar Bu Mimin sambil menunduk sedih. Raut wajah bersalah juga terbersit di wajahnya, karena ia sempat cemas tumor tersebut menular dari dirinya yang juga berjuang dengan tumor di rahang.
Yang membuatnya lebih sedih lagi karena sebagai buruh serabutan, ia tak sanggup membawa Pipin ataupun dirinya ke rumah sakit. Upahnya sehari berkisar 25ribu saja, untuk makan pun mereka serba seadanya.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/insanbumimandiri/public/campaign/bkVF5wPhUssR.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; margin-bottom: 16px; width: initial !important;" data-image="gjj0hxnenqgu"></figure>

Sahabat, kebaikan kita sekecil apapun pasti sangat berarti untuk sepasang anak ibu asal Kampung Blok Minggu, Ranji Wetan, Kabupaten Majalengka ini. Maukah Anda bantu semangati mereka dengan temani mereka berobat dengan layak?
---
Kantor Utama Insan Bumi Mandiri Kompleks Setra Dago Jl. Setra Dago Barat No. 25, Antapani, Bandung (022) 205 251 84
SMS/WA Konfirmasi: 0813 2460 7225 0812 2145 114 0896 9900 1125

Orang Sholeh, kebaikan kita sekecil apapun pasti sangat berarti untuk sepasang anak ibu pejuang tumor ini.

Pipin dan Bu Mimin, Sepasang Ibu dan Anak Pejuang Tumor Ganas

Siapa sangka kecelakaan yang telah berlalu 4 tahun lamanya, bisa meninggalkan kelainan tulang dan saraf yang sangat parah. Tangan dan kaki Pipin perlahan menjadi bengkok, bahkan diperburuk dengan tumor ganas yang terus menerus mencuri nutrisi hingga tubuh Pipin mengecil.


Kecelakaan tersebut terjadi saat Pipin masih duduk di kelas 4 SD. Sepulang sekolah, sebuah motor melaju kencang dan melindas tubuh kecilnya. Kala itu, Pipin merasa dirinya tak terluka sama sekali selain lecet biasa.
Ternyata hal itu salah. Sejak tragedi tersebut, Pipin sering merasa lelah dan lambat laun makin tak sanggup berjalan jauh. Hingga puncaknya di tahun 2020, ia bahkan tak bisa bangkit dari posisi tidurnya.
Tragisnya, Pipin kembali diuji dengan tumor ganas yang tumbuh di wajahnya. Bukan hanya membuat pipinya semakin besar, tumor tersebut juga mencuri nutrisi dari tubuh Pipin hingga tubuhnya semakin menyusut dari waktu ke waktu.


“Terpukul hati saya melihat Pipin sakit parah seperti ini. Apalagi dia anak saya satu-satunya,” ujar Bu Mimin sambil menunduk sedih. Raut wajah bersalah juga terbersit di wajahnya, karena ia sempat cemas tumor tersebut menular dari dirinya yang juga berjuang dengan tumor di rahang.
Yang membuatnya lebih sedih lagi karena sebagai buruh serabutan, ia tak sanggup membawa Pipin ataupun dirinya ke rumah sakit. Upahnya sehari berkisar 25ribu saja, untuk makan pun mereka serba seadanya.


Sahabat, kebaikan kita sekecil apapun pasti sangat berarti untuk sepasang anak ibu asal Kampung Blok Minggu, Ranji Wetan, Kabupaten Majalengka ini. Maukah Anda bantu semangati mereka dengan temani mereka berobat dengan layak?
---
Kantor Utama Insan Bumi MandiriKompleks Setra DagoJl. Setra Dago Barat No. 25, Antapani, Bandung(022) 205 251 84
SMS/WA Konfirmasi:0813 2460 72250812 2145 1140896 9900 1125

Insan Bumi Mandiri merupakan sebuah lembaga filantropi yang bergerak untuk membangun pedalaman Indonesia timur. Kami selalu percaya, langkah kecil bersama Anda #SahabatPedalaman, akan menciptakan Jejak Kebaikan untuk saudara-saudara kita di pedalaman. Beragam persoalan, seperti akses transportasi, infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan bisa kita benahi bersama.

Pipin dan Bu Mimin, Sepasang Ibu dan Anak Pejuang Tumor Ganas

Info Lembaga

Tentang program

Berita Terbaru

Donatur