"Daripada dijual, lebih baik saya wakafkan tanah saya untuk dibangun masjid, supaya jadi tabungan di surga. Jadi tak apa-apa saya tinggal di rumah seperti ini" - Nek Halima.

Kami hanya bisa mengelus dada ketika mengunjungi rumah Nek Halima, seorang lansia asal Londang, Desa Nanga Mbaur, Kec. Sambi Rampas, Kab. Manggarai Timur, Provinsi NTT.

Lihat saja, rumah Nek Halima jauh dari kata layak untuk ditempati. Sebagian rumahnya sudah roboh, dinding dan atapnya yang terbuat dari daun kelapa kering sudah berlubang di sana-sini. Tak terbayang bagaimana Nek Halima bisa bertahan apabila hujan turun dengan deras.

Suami Nek Halima dan anaknya sudah meninggal. Ia seorang diri merawat cucu semata wayangnya di rumah yang 'tidak layak' itu.

Sudah 15 tahun terakhir ini kondisi rumahnya tidak pernah diperbaiki. Semakin lama, semakin banyak bagian yang rusak. Bahkan kini sudah hampir roboh. Karena terbuat dari daun kelapa, rumah itu juga tidak tahan air, mudah lapuk dan bocor.

Tinggal menunggu waktu, jika tidak diperbaiki, maka rumah Nek Halima roboh menimpa dirinya dan cucunya.

“Saya ingin sekali cucu tinggal di rumah yang layak, tapi penghasilan saya dari membersihkan halaman tetangga dan membuat atap dari daun kelapa hanya cukup untuk membeli beras,” cerita Nek Halima.

Meski hidup serba terbatas, Nek Halima adalah seseorang yang taat beragama. Ia tahu rezeki tidak hanya didapatkan dari bekerja, tapi juga ibadah yang dilakukan kepada Allah.

“Saya dan almarhum suami mewakafkan tanah untuk membangun masjid,” kata Nek Halima.

“Semoga dengan itu, rezeki saya dilancarkan untuk bangun rumah dan bekal pahala ke Surga.”

Sahabat Baik, sungguh mulia apa yang dilakukan Nek Halima. Ia rela mewakafkan tanahnya demi bisa dibangun masjid, padahal tinggal di rumah yang kondisinya sangat memprihatinkan.