Rubah

Di tengah terik jalanan dan tatapan orang-orang, Bu Kokom (52) melangkah pelan. Di punggungnya, Riyan (19), putra semata wayangnya yang lumpuh sejak kecil karena penyakit langka. Tak bisa bicara, tak bisa berdiri, Riyan hanya bisa memeluk ibunya erat—karena itu satu-satunya tempat paling aman di dunia.Bu Kokom bukan ingin dikasihani. Tapi hidup membuatnya tak punya pilihan. Riyan tidak bisa ditinggal di rumah, dan mereka tidak punya cukup uang untuk pengobatan. Maka setiap hari, dengan sisa tenaga yang ada, Bu Kokom berjualan tisu sambil menggendong anak laki-lakinya yang kini beratnya sudah hampir sama dengan tubuhnya sendiri.“Kalau saya nggak kerja, kami nggak makan. Tapi kalau saya tinggalin Riyan, siapa yang jaga dia? Saya cuma ingin dia bisa sembuh… atau paling tidak, bisa hidup layak.”Kadang dagangannya tak laku. Kadang hanya cukup untuk makan satu kali. Tapi Bu Kokom tetap berjalan. Karena baginya, menyerah bukan pilihan.Yang paling ia takutkan bukan rasa lelah, tapi...“Kalau saya sudah nggak kuat lagi, siapa yang akan urus Riyan nanti?”Bu Kokom bermimpi bisa membawa Riyan berobat dan memiliki warung kecil di rumah. Bukan untuk kaya, tapi agar bisa tetap merawat Riyan tanpa harus memikul beban seberat ini setiap hari.Mari bantu ringankan langkah Bu Kok dan Riyan mendapat kesempatan untuk hidup lebih layak. Bantuanmu hari ini bisa jadi keajaiban yang mereka tunggu selama ini.

Mari bantu ringankan langkah Bu Kok dan Riyan mendapat kesempatan untuk hidup lebih layak

Gendong Anak Lumpuh, Bu Kokom Keliling Demi Obat & Sepiring Nasi

Di tengah terik jalanan dan tatapan orang-orang, Bu Kokom (52) melangkah pelan. Di punggungnya, Riyan (19), putra semata wayangnya yang lumpuh sejak kecil karena penyakit langka. Tak bisa bicara, tak bisa berdiri, Riyan hanya bisa memeluk ibunya erat—karena itu satu-satunya tempat paling aman di dunia.Bu Kokom bukan ingin dikasihani. Tapi hidup membuatnya tak punya pilihan. Riyan tidak bisa ditinggal di rumah, dan mereka tidak punya cukup uang untuk pengobatan. Maka setiap hari, dengan sisa tenaga yang ada, Bu Kokom berjualan tisu sambil menggendong anak laki-lakinya yang kini beratnya sudah hampir sama dengan tubuhnya sendiri.“Kalau saya nggak kerja, kami nggak makan. Tapi kalau saya tinggalin Riyan, siapa yang jaga dia? Saya cuma ingin dia bisa sembuh… atau paling tidak, bisa hidup layak.”Kadang dagangannya tak laku. Kadang hanya cukup untuk makan satu kali. Tapi Bu Kokom tetap berjalan. Karena baginya, menyerah bukan pilihan.Yang paling ia takutkan bukan rasa lelah, tapi...“Kalau saya sudah nggak kuat lagi, siapa yang akan urus Riyan nanti?”Bu Kokom bermimpi bisa membawa Riyan berobat dan memiliki warung kecil di rumah. Bukan untuk kaya, tapi agar bisa tetap merawat Riyan tanpa harus memikul beban seberat ini setiap hari.Mari bantu ringankan langkah Bu Kok dan Riyan mendapat kesempatan untuk hidup lebih layak. Bantuanmu hari ini bisa jadi keajaiban yang mereka tunggu selama ini.

Merupakan wadah bagi orang-orang yang tergerak dalam misi kemanusiaan dan membantu kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat. Tujuan dari Amal Baik Insani adalah menciptakan komunitas relawan berbasis dukungan masyarakat untuk gerakan kemanusiaan dan kampanye ZISWAF yang dilaksanakan oleh Amal Baik Insani dimulai dengan tindakan-tindakan sederhana untuk sesama.

Gendong Anak Lumpuh, Bu Kokom Keliling Demi Obat & Sepiring Nasi

Info Lembaga

Tentang program

Fundraiser

Berita Terbaru

Donatur