<h1>BINGKISAN CINTA LEBARAN, UNTUK SANTRI YATIM PENGHAFAL AL-QURAN </h1>
Ramadhan sebentar lagi usai, suara riuh bahagia menyambut hari raya mulai terdengar dimana-mana, Bulan dimana kebahagiaan dari anak-anak hingga orang tua tercipta. Berbeda dengan anak-anak yatim-piatu yang ada di Pondok Pesantren RQV Indonesia, yang harus diciptakan sendiri. Hangatnya rumah dan pelukan orang tua menjadi dambaan para santri dan anak-anak yang sedang berjuang menuntut ilmu di luar rumah, Baju lebaran, rendang, dan juga lontong sayur, serta kue kue spesial hari raya mulai terlihat. Sebentar lagi kita akan menyambut bulan syawal, Lantas Bagaimana perasaan anak-anak yang tidak memiliki itu semua, jangankan untuk mimpi memiliki baju raya, tempat untuk pulang saja sudah tidak sama, tak ada lagi orang tua yang lengkap, baju raya mungkin bisa di tahan, tapii hati yang rindu atas pelukan ibu dan ayah sungguh tak bisa di bohongi.
Tahun ini di pondok pesantren yatim RQV Indonesia yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat terdapat 96 santri yang memilih tidak pulang kampung dan tetap tinggal di pondok untuk tetap melanjutkan perjuangan menghafalkan al-quran. Sebagian besar santri ponpes yatim RQV indonesia beralasan karena tidak mampu untuk ongkos pulang karena berasal dari luar pulau Jawa, di antaranya Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Aceh, Lampung, Palembang, Medan, Kalimantan, dan Juga Riau.
“Terkadang saya sedih ketika hari raya semakin dekat, selain karena orang tua sudah gak ada, saya juga bingung mau beli baju lebaran, soalnya belum ada uang untuk beli baju baru, Kalau ditanya kenapa milih untuk hari raya di pondok? Ya mau gimana lagi, mau pulang juga orang tua saya sudah gak ada, mendingan saya di pondok, biar bisa ngasih hadiah buat ibu dan ayah di surga.” Ucap santri yatim-piatu pondok pesantren RQV Indonesia.
<figure><img width="auto" height="auto" src="https://img.kitabisa.cc/size/1000/a9501402-22c7-4ce9-9ef1-aa6797896b2a.jpg" alt="a9501402-22c7-4ce9-9ef1-aa6797896b2a.jpg" data-image="gperc7c8zrc8"></figure>

<figure><img width="auto" height="auto" src="https://img.kitabisa.cc/size/1000/3cb7bde1-4370-4ee0-a493-32e401a7f56a.jpg" alt="3cb7bde1-4370-4ee0-a493-32e401a7f56a.jpg" data-image="ugcal6yopck0"></figure>
YUK MAKSIMALKAN IBADAH DI BULAN RAMADHAN DENGAN MEMBAHAGIAKAN SANTRI YATIM PENGHAFAL QURAN DI HARI RAYA. BERI HADIAH TERBAIK UNTUK MEREKA DENGAN PATUNGAN MULAI RP 250.000. Yuk donasi sekarang
<figure><a href="https://www.amalsholeh.com/beri-hadiah-lebaran-untuk-santri-yatim?ref=bqYV4"><img width="auto" height="auto" src="https://img.kitabisa.cc/size/920/39b43f41-88cc-41d1-abb9-d4b8eeed3ca8.jpg" alt="39b43f41-88cc-41d1-abb9-d4b8eeed3ca8.jpg" data-image="74f2qaslwwow"></a></figure>

INFORMASI PELUANG KEBAIKAN

Terimakasih kepada donatur yang sudah ikut bergabung dalam sedekah Jumat Nusantara. Donasi yang terkumpul akan digabungkan dengan donasi lainnya untuk membantu guru Ngaji di pelosok Indonesia dan membiayai pengobatan guru ngaji.

Pencairan Dana Rp 490.354

<h3>"Alhamdulillah, saya masih bisa jalan kaki 1 km untuk mengajar ngaji..." - Ustad Ridwan Sitorus, Guru Ngaji Difabel di Pedalaman </h3>
<figure><img src="https://amalsholeh.imgix.net/content/qop6S9XOojIbNa9BDwQztDdUO6uBI1xBKLkMEBXb.jpeg"></figure>

Ustad Ridwan Sitorus, guru ngaji kelahiran Kisaran, 28 Januari 1990 adalah seorang guru relawan Qur’an dan penyuluh agama di Kabupaten Toba Samosir. 
“Saya berjuang untuk terus menjadi guru ngaji karena saya lihat di daerah yang minoritas, 5 atau 10 tahun kedepan jika tidak ada pengajar Al Qur’an, mereka sama sekali tidak kenal dengan huruf-huruf Al-Qur’an. Jangankan untuk kenal dengan huruf-huruf Al Qur’an.” ungkap Ustad Ridwan.
<figure><img src="https://amalsholeh.imgix.net/content/tP67d2QwHti8HurvkpzBrUU0DnMZjnG9S5FBy7Wg.jpeg"></figure>

Beliau kerap merasa sedih ketika murid-muridnya tak bisa berangkat mengaji karena tak ada yang mengantar. Sebab kondisi keluarga, jalan, dan lingkungan yang kurang mendukung anak-anak untuk tetap berangkat mengaji.
Kesulitan itu juga kerap dirasakan Ustad Ridwan mengingat ia hanya memiliki satu kaki dan harus tetap berangkat mengajar demi mengajarkan Al-Qur’an anak-anak di daerah minoritas.
“Kalau untuk berjalan 1 kilometer, Insya Allah saya masih bisa, tapi kalau jarak 5 kilometer seperti akan ke kota, saya sering meminta tolong kepada teman untuk mengantar ke lokasi” kata Ustad Ridwan.
<figure><img src="https://amalsholeh.imgix.net/content/h3RitvNl8TlnPR5HcxKTyCF74pSSWVyCkdDbC7yA.jpeg"></figure>
Dalam lubuk hatinya, Ustad Ridwan ingin sekali dapat berangkat mengajar tanpa harus meminta bantuan teman-temannya untuk mengantar. Namun apadaya, dengan jarak tempuh yang sangat jauh, Ustad Ridwan kerap kali merasa kelelahan ketika berjalan menggunakan satu kakinya
Sahabat, mari bantu Ustad Ridwan miliki kaki palsu agar dapat terus memperkenalkan Al-Qur’an ke daerah-daerah minoritas.

Berapapun donasi yang kalian berikan, akan sangat membantu kehidupan Ustad Ridwan. Terima kasih sahabat dermawan. Teruslah menebar kebaikan untuk saudaramu!

Mari Bantu Ustadz Ridwan Miliki Kaki Palsu

Kisah Guru Ngaji Dengan Satu Kaki

"Alhamdulillah, saya masih bisa jalan kaki 1 km untuk mengajar ngaji..." - Ustad Ridwan Sitorus, Guru Ngaji Difabel di Pedalaman


Ustad Ridwan Sitorus, guru ngaji kelahiran Kisaran, 28 Januari 1990 adalah seorang guru relawan Qur’an dan penyuluh agama di Kabupaten Toba Samosir. 
“Saya berjuang untuk terus menjadi guru ngaji karena saya lihat di daerah yang minoritas, 5 atau 10 tahun kedepan jika tidak ada pengajar Al Qur’an, mereka sama sekali tidak kenal dengan huruf-huruf Al-Qur’an. Jangankan untuk kenal dengan huruf-huruf Al Qur’an.” ungkap Ustad Ridwan.


Beliau kerap merasa sedih ketika murid-muridnya tak bisa berangkat mengaji karena tak ada yang mengantar. Sebab kondisi keluarga, jalan, dan lingkungan yang kurang mendukung anak-anak untuk tetap berangkat mengaji.
Kesulitan itu juga kerap dirasakan Ustad Ridwan mengingat ia hanya memiliki satu kaki dan harus tetap berangkat mengajar demi mengajarkan Al-Qur’an anak-anak di daerah minoritas.
“Kalau untuk berjalan 1 kilometer, Insya Allah saya masih bisa, tapi kalau jarak 5 kilometer seperti akan ke kota, saya sering meminta tolong kepada teman untuk mengantar ke lokasi” kata Ustad Ridwan.

Dalam lubuk hatinya, Ustad Ridwan ingin sekali dapat berangkat mengajar tanpa harus meminta bantuan teman-temannya untuk mengantar. Namun apadaya, dengan jarak tempuh yang sangat jauh, Ustad Ridwan kerap kali merasa kelelahan ketika berjalan menggunakan satu kakinya
Sahabat, mari bantu Ustad Ridwan miliki kaki palsu agar dapat terus memperkenalkan Al-Qur’an ke daerah-daerah minoritas.

Berapapun donasi yang kalian berikan, akan sangat membantu kehidupan Ustad Ridwan. Terima kasih sahabat dermawan. Teruslah menebar kebaikan untuk saudaramu!


Lembaga Filantropi yang berfokus pada pendidikan Berbasis Quran, yang di kelola secara profesional dan amanah melalui berbagai program, sebagai solusi atas permasalahan buta huruf Quran yang di alami masyarakat sekaligus membentuk generasi Qurani yang berkarakter di Indonesia.

Kisah Guru Ngaji Dengan Satu Kaki

Info Lembaga

Tentang program

Berita Terbaru

Donatur