Pencairan Dana Rp 700.484

Kak, pernah memikirkan betapa mahal dan berharganya setiap tubuh yang kita miliki? Seperti Riski yang tahu persis betapa mahalnya kaki yang diidamkannya sejak kecil..
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/rumahasuh/public/campaign/nJTI7tQSRZwt.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; width: initial !important;" data-image="da1uu3r7ol47"></figure>
Perkenalkan nama adik ini Riski Agus Widodo. Biasa dipanggil Riski oleh teman-teman dan keluarganya di Kec. Mungkid, Kab. Magelang, Jawa Tengah.
“Ibunya Riski jatuh pas hamil besar mengandung Riski. Terus pas dilahirkan juga yang keluar pantatnya dulu, Mbak,” tutur Pak Toni, ayah Riski menceritakan awal mula kelahiran Riski.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/rumahasuh/public/campaign/vLVGC0FjpALL.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; width: initial !important;" data-image="11j99drok7om"></figure>
Sejak saat itu, Riski terlahir dengan kaki pengkor. Dokter menyebutnya CTEV (Congenital Talipes Equinovarus) yaitu kondisi kaki terpelintir dari bentuk normalnya. Karena keadaan itu, Riski tidak bisa berdiri sempurna. Lututnya pun tak bisa dibengkokkan.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/rumahasuh/public/campaign/qH3I96HjnYYj.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; width: initial !important;" data-image="7gb0dnb3k12q"></figure>
“Riski nggak malu sama temen-temen, Kak. Riski tetep main sama mereka. Kadang main bola, kadang main badminton,” cerita Riski pada relawan kami. Kami pun mengikuti aktivitas Riski bermain bersama teman-temannya. Memang benar, Riski tidak merasa dirinya minder dan berbeda dengan yang lain. Ia bergaul dan menempatkan dirinya seperti anak-anak pada umumnya. Meski dengan beberapa keterbatasan seperti Riski hanya bisa jadi kiper ketika main bola dan main badmintonnya hanya bisa sambil duduk. Bagi Riski, bermain tetap menyenangkan. “Kalau ditanya mau punya kaki dan jalan kaya yang lain, Riski mau, Kak. Riski mau sekolah dan jalan-jalan pakai kaki Riski. Terus nanti kalau sudah besar jadi arsitek,” cerita Riski dengan semangat dan penuh harap.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/rumahasuh/public/campaign/JItxjpKebkV4.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; width: initial !important;" data-image="mu0x3ep7k51a"></figure>
Keinginan Riski itu kadang membuat Pak Toni sedih karena belum bisa menyanggupinya. Pak Toni tahu persis biaya operasinya bisa mencapai ratusan juta untuk kedua kaki Riski sampai bisa normal seperti teman-temannya. Tapi Pak Toni hanya seorang buruh harian lepas yang penghasilannya hanya cukup untuk makan sehari-hari keluarganya.
Kakak Baik, bantu Riski jalani operasi untuk kedua kakinya yuk?
 
Rumah Asuh Jl. Cicalengka Raya No. 5 Antapani, Bandung
Disclaimer: Bila hasil donasi melebihi target, akan disalurkan kepada penerima manfaat lainnya dengan campaign serupa.

Sejak kecil, Riski mendambakan kaki normal agar bisa lebih leluasa belajar, sekolah, dan menggapai mimpinya. Beri Riski kaki normal yuk.

Kaki Pengkor Sejak Lahir, Beri Riski Harapan untuk Bisa Berjalan

Kak, pernah memikirkan betapa mahal dan berharganya setiap tubuh yang kita miliki? Seperti Riski yang tahu persis betapa mahalnya kaki yang diidamkannya sejak kecil..

Perkenalkan nama adik ini Riski Agus Widodo. Biasa dipanggil Riski oleh teman-teman dan keluarganya di Kec. Mungkid, Kab. Magelang, Jawa Tengah.
“Ibunya Riski jatuh pas hamil besar mengandung Riski. Terus pas dilahirkan juga yang keluar pantatnya dulu, Mbak,” tutur Pak Toni, ayah Riski menceritakan awal mula kelahiran Riski.

Sejak saat itu, Riski terlahir dengan kaki pengkor. Dokter menyebutnya CTEV (Congenital Talipes Equinovarus) yaitu kondisi kaki terpelintir dari bentuk normalnya. Karena keadaan itu, Riski tidak bisa berdiri sempurna. Lututnya pun tak bisa dibengkokkan.

“Riski nggak malu sama temen-temen, Kak. Riski tetep main sama mereka. Kadang main bola, kadang main badminton,” cerita Riski pada relawan kami. Kami pun mengikuti aktivitas Riski bermain bersama teman-temannya. Memang benar, Riski tidak merasa dirinya minder dan berbeda dengan yang lain. Ia bergaul dan menempatkan dirinya seperti anak-anak pada umumnya. Meski dengan beberapa keterbatasan seperti Riski hanya bisa jadi kiper ketika main bola dan main badmintonnya hanya bisa sambil duduk. Bagi Riski, bermain tetap menyenangkan.“Kalau ditanya mau punya kaki dan jalan kaya yang lain, Riski mau, Kak. Riski mau sekolah dan jalan-jalan pakai kaki Riski. Terus nanti kalau sudah besar jadi arsitek,” cerita Riski dengan semangat dan penuh harap.

Keinginan Riski itu kadang membuat Pak Toni sedih karena belum bisa menyanggupinya. Pak Toni tahu persis biaya operasinya bisa mencapai ratusan juta untuk kedua kaki Riski sampai bisa normal seperti teman-temannya. Tapi Pak Toni hanya seorang buruh harian lepas yang penghasilannya hanya cukup untuk makan sehari-hari keluarganya.
Kakak Baik, bantu Riski jalani operasi untuk kedua kakinya yuk?

Rumah AsuhJl. Cicalengka Raya No. 5Antapani, Bandung
Disclaimer:Bila hasil donasi melebihi target, akan disalurkan kepada penerima manfaat lainnya dengan campaign serupa.

Lembaga filantropi yang bergerak untuk membantu yatim dan dhuafa. Lembaga kami membantu berupa penggalangan dana digital yang sudah terintegrasi dengan beberapa lembaga keuangan yang terpercaya. Lembaga kami sudah memiliki izin oleh Kemenkumham RINomor AHU-0016775.AH.01.04.Tahun 2017

Kaki Pengkor Sejak Lahir, Beri Riski Harapan untuk Bisa Berjalan

Info Lembaga

Tentang program

Berita Terbaru

Donatur