“Saya baru keluar menuju tempat jualan. Ada motor nyamperin, saya kira mau beli. Tapi, saya malah dirampok…” -Kakek Epen
______

Hari itu seperti biasanya Kek Epen berjalan kaki sambil menggendong bakul dagangan harum manisnya. Naas tidak bisa dihindari, ia dihentikan oleh seorang pengendara motor dengan helm fullface dan dirampok dompet serta telepon genggam miliknya.

(Picture by @txtdaribogor)

Uang yang diambil bagi kita memang tidak banyak, hanya Rp200.000,- tapi bagi Kek Epen itu adalah uang yang bisa membuatnya bertahan hidup selama berhari-hari. Pedihnya, uang itu harusnya digunakan untuk modal dagang esok hari.

"Ya Allah.. Besok mau dagang apa? Ya Allah.. Ini uang hilang...," seperti kehilangan kata, hanya air mata yang menjadi bahasa kesedihan Kek Epen.

Kakinya yang sudah tertatih-tatih dalam melangkah itu, kini lemas terduduk di pinggir jalanan aspal. Tidak ada yang bisa ia lakukan, melaporkan ke polisi juga ia tidak punya kuasa.

Nama lengkapnya Effendi, ia tinggal seorang diri di Kota Bogor. Istrinya sudah lama meninggal dan anak-ankanya juga sudah hidup bersama keluarga masing-masing.

Terpaksa ia seorang diri mencari nafkah demi memenuhi kebutuhannya sehari-hari di usianya yang sudah 65 tahun. Pada dasarnya, Kek Epen ingin sekali miliki usaha sendiri agar tidak perlu berkeliling lagi.

Apalagi kakinya juga sudah mulai sering sakit-sakitan karena terlalu lama dibawa berjalan keliling kota. Selain itu, kondisi rumahnya juga sudah tidak layak, ia ingin perbaiki rumah sederhananya.

Orang Sholeh, tidak semua kehidupan di kota semanis dagangan Kek Epen. Demi mengembalikan senyuman Kek Epen, mari kita bantu beliau dengan memberikan doa dan donasi.

Sekecil apapun bantuanmu saat ini sangat berarti bagi Pak Epen.