Tersudut didaerah perkotaan, Jalan Jurong. KM 12 Jembatan II Desa Petani Kec. Bathin Solapan, Kab. Bengkalis, kehidupan dilingkungan suku sakai sangat memprihatinkan, yang mana kesenjangan sosial yang jauh tertinggal dari RT RW yang terdekat dengan kelurahan setempat, apalagi dari perkotaan yang tidak jauh (+15 KM) 

<figure><img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/CkHDu1BmH4Mq1RYk0H8k0cjtplOWmWnCAthpFP5v.jpg?ar=16:9&w=720&auto=format,compress" data-image="CkHDu1BmH4Mq1RYk0H8k0cjtplOWmWnCAthpFP5v.jpg"></figure>
*kondisi masyarakat suku Sakai
Suku Sakai merupakan masyarakat yang tinggal dibantaran jalan lintas yang jauh dari pemukiman kota. Hampir 30 tahun masyarakat suku Sakai tidak memiliki penerangan, air bersih dan musholla/masjid yang layak. 
“Alhamdulillah sampai sejauh ini saya masih bertahan itu semua karena Allah, kalau tekanan disini masya Allah luar biasa, menurut saya hal tersebut terjadi karena kurangnya edukasi dan juga dakwah dari luar” Ujar Ustadz Rifa’i yang merupakan da'i pedalaman suku Sakai. Kegiatan rutin ustadz Rifai’I adalah menghidupkan masjid seperti adzan, menjadi imam, dan mengajar mengaji anak-anak di Suku Sakai Jembatan 2 di Lubuk Linong. 

<figure><img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/XJ9Xfl0WU219IfbJI46YEEsA8ZWztw1PdRgkgaMm.jpg?ar=16:9&w=720&auto=format,compress" data-image="XJ9Xfl0WU219IfbJI46YEEsA8ZWztw1PdRgkgaMm.jpg"></figure>
*tim ACT Duri bersama salah satu warga suku Sakai
Bagi masyarakat suku Sakai, listrik dan air bersih merupakan suatu hal yang langka. Hanya beberapa Keluarga saja yang punya listrik dari genset, selebihnya melewati malam hanya dengan penerangan seadanya. Bisa kita bayangkan bagaimana anak anak disana belajar dan mengaji dalam penerangan seadanya, orang tua bepergian dalam kegelapan tentu akan berdampak pada penglihatan dan juga dapat membahayakan mereka. <figure><img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/aFLBaYA4VPqfRTqre4GyydQuf2Wvb7UsQ2afxNDM.jpg?ar=16:9&w=720&auto=format,compress" data-image="aFLBaYA4VPqfRTqre4GyydQuf2Wvb7UsQ2afxNDM.jpg"></figure>
*kondisi rumah warga
Sementara untuk penerangan di Masjid hanya terdapat lampu redup dan suara azan yang hanya bisa didengar oleh mereka yang tinggal di sebelah Masjid. Listrik Masjid berasal dari rumah warga yang mempunyai Genset.Untuk mandi masyarakat menggunakan air sungai yang berada dibelakang pemukiman mereka, dengan kondisi air bewarna coklat kehitaman. Kondisi ini mereka jalani setiap hari. Sedangkan untuk wudhu jamaah Masjid menggunakan air yang ditampung dari air cucuran atap Masjid. 
<figure><img title="WhatsApp Image 2019-07-18 at 17.01.50(4).jpeg" src="https://indonesiadermawan-sg.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/assets/campaigns/large/021c15665f71502fb314b8a034b51074.jpg" width="622" height="467" data-image="ff6w7ix833ud"></figure>
*penerangan hanya menggunakan genset
"Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.”(HR. Ibnu Majah no. 738. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
InsyaAllah Tim ACT Duri akan membantu mengikhtiarkan merenovasi Masjid agar lebih kokoh dan kuat dengan pemasangan batu pada tiang dan pondasinya, selanjutnya penerangan yang layak, sumur dan sanitasi untuk kebutuhan air bersih yang layak.

Sahabat, tidakkah kamu tergerak untuk membantu saudara kita? Bantu renovasi Masjid Al-Ilham dengan sedekahmu, melalui laman ini SEKARANG!

Hadiahkan Masjid bagi Suku Sakai Bengkalis

Tersudut didaerah perkotaan, Jalan Jurong. KM 12 Jembatan II Desa Petani Kec. Bathin Solapan, Kab. Bengkalis, kehidupan dilingkungan suku sakai sangat memprihatinkan, yang mana kesenjangan sosial yang jauh tertinggal dari RT RW yang terdekat dengan kelurahan setempat, apalagi dari perkotaan yang tidak jauh (+15 KM)


*kondisi masyarakat suku Sakai
Suku Sakai merupakan masyarakat yang tinggal dibantaran jalan lintas yang jauh dari pemukiman kota. Hampir 30 tahun masyarakat suku Sakai tidak memiliki penerangan, air bersih dan musholla/masjid yang layak.
“Alhamdulillah sampai sejauh ini saya masih bertahan itu semua karena Allah, kalau tekanan disini masya Allah luar biasa, menurut saya hal tersebut terjadi karena kurangnya edukasi dan juga dakwah dari luar” Ujar Ustadz Rifa’i yang merupakan da'i pedalaman suku Sakai.Kegiatan rutin ustadz Rifai’I adalah menghidupkan masjid seperti adzan, menjadi imam, dan mengajar mengaji anak-anak di Suku Sakai Jembatan 2 di Lubuk Linong.


*tim ACT Duri bersama salah satu warga suku Sakai
Bagi masyarakat suku Sakai, listrik dan air bersih merupakan suatu hal yang langka. Hanya beberapa Keluarga saja yang punya listrik dari genset, selebihnya melewati malam hanya dengan penerangan seadanya. Bisa kita bayangkan bagaimana anak anak disana belajar dan mengaji dalam penerangan seadanya, orang tua bepergian dalam kegelapan tentu akan berdampak pada penglihatan dan juga dapat membahayakan mereka.
*kondisi rumah warga
Sementara untuk penerangan di Masjid hanya terdapat lampu redup dan suara azan yang hanya bisa didengar oleh mereka yang tinggal di sebelah Masjid. Listrik Masjid berasal dari rumah warga yang mempunyai Genset.Untuk mandi masyarakat menggunakan air sungai yang berada dibelakang pemukiman mereka, dengan kondisi air bewarna coklat kehitaman. Kondisi ini mereka jalani setiap hari. Sedangkan untuk wudhu jamaah Masjid menggunakan air yang ditampung dari air cucuran atap Masjid.

*penerangan hanya menggunakan genset
"Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.”(HR. Ibnu Majah no. 738. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
InsyaAllah Tim ACT Duri akan membantu mengikhtiarkan merenovasi Masjid agar lebih kokoh dan kuat dengan pemasangan batu pada tiang dan pondasinya, selanjutnya penerangan yang layak, sumur dan sanitasi untuk kebutuhan air bersih yang layak.

Aksi Cepat Tanggap (ACT) secara resmi diluncurkan secara hukum sebagai yayasan yang bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan. Untuk memperluas karya, ACT mengembangkan aktivitasnya, mulai dari kegiatan tanggap darurat, kemudian mengembangkan kegiatannya ke program pemulihan pascabencana, pemberdayaan dan pengembangan masyarakat, serta program berbasis spiritual seperti Qurban, Zakat dan Wakaf.

Hadiahkan Masjid bagi Suku Sakai Bengkalis

Info Lembaga

Tentang program

Berita Terbaru

Donatur