
Gerakan bersama kita sisihkan ridzki peduli Kehidupan para janda miskin Jompo dan dhuafa di wilayah Daerah-daerah pelosok
Urgent yuk kita bantu kehidupan Para janda miskin Jompo dan dhuafa di wilayah pelosok
Info Lembaga

YAYASAN AMANAH MUHSININ PEDULI UMAT
Tentang program
(MAK IKAH BUTUH ULURAN TANGAN KITA)
🔑 KUNCI BAHAGIA
☝🏻Mau dibahagiakan oleh Alloh?
Bantu dulu saudara kita yang kesulitan ..
Karna ia Sebab datangnya ampunan, pertolongan dan bantuan dari Alloh ta'alaa.
Semoga tidak ragu akan janji Allah barangsiapa yg membebaskan kesulitan orang yg kesulitan kelak Allah akan membantu kesulitan nya di yaumil akhir.
☺️ Walaupun bantuan itu sekedar membuat hatinya bahagia..
.
🍃 Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
.
وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ
.
“Allah senantiasa menolong hamba selama ia menolong saudaranya.” 📚 (HR. Muslim no. 2699).
.
☝🏻Nah sahabat,
Jika Membahagiakan saudara kita dengan membantu kebutuhan dunianya saja, Alloh ta'alaa berjanji akan menolong kita...
Mari jangan pernah bosan menebar kebaikan
Karena setan pun tak pernah bosan gigih berjuang menebar virus kejahatan.
Malaikat pun tak pernah cuti mencatat kerja perbuatan kita.
.
🤔 *Maka Bagaimana jika kita menolong saudara kita dalam urusan akhiratnya..?*
Membantunya menemukan Hidayah Ilahi dan Hidayah Ilmi... Yang akan mebimbingnya menuju Jannah-Nya..
Bukankah ini Kebahagiaan yang hakiki?
.
😊 Yuk bantu kesulitan saudara kita baik itu dalam urusan piutang atau lainnya..
Dan Yuk bantu ibu Ikah(mak ikah) ini salurkan Donasi anda ke Yayasan Amanah muhsinin peduli umat[yampu]
NOMOR REKENING YAYASAN AMANAH MUHSININ PEDULI UMAT :
Bank Bri KCP GUNUNGTANJUNG Tasikmalaya.
NOMOR REKENING.44501-01-016036-53-7.
A.n Yayasan Amanah Muhsinsin Peduli Umat.
Syukron jazakumullohu khoiran..
Komprimasi transfer 081-319-609-354.
MENGHADAPI COBAAN
Lebih bersabar
Tidaklah kedua telingamu mendengar kalimat musibah melainkan pada telinga satunya harus ada kalimat sabar, kalau seandainya hal itu tidak kamu lakukan maka masalah atau problem tersebut akan menjadi semakin membesar, yang pada nantinya membuat patah semangat dan berujung enggan untuk menyelesaikanya. Namun Allah Azza wa jalla Maha Penyayang dalam hal ini kepada para hambaNya, dimana Dia telah menundukan bagi mereka cara jitu untuk mengatasi masalah yaitu dengan kesabaran.
Dalam agama, sabar mempunyai kedudukan yang sangat urgen, bahkan ia merupakan bagian dari agama itu sendiri, di mana sabar adalah tempat berteduhnya bagi para penyabar, dan merupakan harta simpanan dari simpanan-simpanan di surga. Yang mana Allah Ta'ala telah menjanjikan bagi orang-orang yang sabar dengan pahala yang sangat besar, hal itu seperti yang di jelaskan dalam firmanNya:
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas". QS az-Zumar: 10.
Berkata Imam al-Auz'ai: "Balasan bagi orang yang sabar tidak lagi ditimbang, maupun diukur namun langsung di ambilkan tanpa ada batasannya".
Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
"Sungguh sangat menakjubkan perkaranya seorang mukmin itu, semua perkaranya baik, dan tidak ada pada seorang pun melainkan hanya seorang mukmin, jika dirinya mendapat reziki dia bersyukur, maka itu baik baginya, jika dirinya di timpa musibah lalu bersabar itu juga baik baginya". HR Muslim.
Sikap sabar sendiri mempunyai makna yang dalam yaitu berhenti bersama musibah dengan cara menyikapi yang baik. Dan jangan dikira kalau musibah itu hanya pada perkara-perkara yang besar saja seperti kematian atau perceraian, misalkan, akan tetapi setiap perkara yang kamu merasakan sedih ketika kehilangan darinya maka itulah yang di namakan musibah. Pernah suatu hari tali sendalnya Umar bin Khatab semoga Allah meridhoinya putus maka beliau pun mengucapkan kalimat istirjaa' lalu mengatakan: "Setiap kejadian buruk yang menimpamu maka itu adalah musibah".
Dan jika seorang muslim tidak sabar ketika tertimpa sebuah musibah, tidak pula mengharap pahala dari sebab musibah tersebut, maka hilang sudah pahala dan ganjaran dari Allah Ta'ala pada hari-hari musibah tersebut. Dan kedudukan yang paling tinggi di antara orang-orang yang sabar yaitu kedudukan orang yang ridho dengan qodho dan qadr Allah Subhanahu wa ta'ala, tunduk dengan takdir Allah Ta'ala, Allah berfirman:
"Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.". QS at-Taubah: 51.
Imam Ibnu Rajab mengatakan: "Adapun perbedaan antara ridho dengan sabar yaitu kalau sabar adalah menutupi jiwa dari rasa marah dengan menahan rasa sakit yang ada sambil berharap agar segera hilang rasa sakit tersebut, dan mencegah anggota badan jangan sampai melakukan perbuatan yang tidak terpuji oleh sebab marah. Sedangkan ridho adalah menerima dan lapang dada dengan ketentuan Allah Ta'ala, serta melupakan angan-angan (yang muncul) berharap agar rasa sakit yang sedang di rasakannya tersebut segera hilang walaupun terdapati rasa sakitnya, namun dengan adanya sikap ridho, akan menjadikan lebih ringan (beban yang ada dalam badan) dan memberi kabar gembira bagi hati dengan kenyakinan dan pemahaman yang sempurna, maka jika sikap ridho ini kuat menahan rasa sakit yang sedang di rasakan maka akan hilang dengan sendiri rasa sakit tersebut".
Ibnul Jauzi mengatakan: "Kalau sekiranya dunia itu bukan tempatnya ujian maka tidak ada yang namanya penyakit, cemas, bimbang dan perasaan suram, kehidupan tidak terasa sempit bagi para nabi dan orang-orang pilihan. Nabi Adam tidak akan diuji sampai keluar dari dunia, Nabi Nuh menangis dalam waktu yang sangat panjang tiga ratus tahun (lamanya), Nabi Ibrohim di lempar kedalam api dan diuji untuk menyembelih anaknya yang ia cintai, Nabi Ya'qub menangis karena kehilangan anaknya Yusuf sampai hilang penglihatanya, Nabi Musa dikejar Fira'un, bukan itu saja, namun kaumnya pun mendapat ujian dari kezaliman Fir'aun, Nabi Isa bin Maryam tidak ada tempat untuk berlindung baginya melainkan hidup dalam kesengsaraan. Dan Nabi kita Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam sabar dalam kehidupan yang serba kekurangan, terbunuhnya Hamzah bin Abdul Mutholib pamannya yang merupakan orang yang paling beliau cintai dari kalangan keluarganya, begitu juga ditinggal lari oleh kaumnya, (pada pertama kalinya muncul dakwah beliau), mereka enggan untuk menerima dakwahnya. Dan selain mereka dari kalangan para Nabi dan para wali yang sangat panjang kalau mau di sebutkan semuanya, kalau benar sekiranya dunia ini di ciptakan untuk bersenang-senang dan mencari kelezatanya, tentu tidak akan mungkin bagi orang yang beriman mendapat kebahagian darinya. Sunguh benar apa yang di katakan oleh seorang panyair:
Dunia tempatnya kesedihan, kenapa engkau menginginkanya *** Tidak akan pernah dunia lepas dari ujian dan cobaan.
Dan sabar yang di maksud di sini, bukan hanya sekedar mampu menahan musibah yang menimpanya dan meneguk rasa sakit yang di alaminya serta kesedihan yang terasa menyekat di kerongkonganya, namun sabar di sini adalah sabar yang mampu mencari solusi permasalahannya dan sanggup menata kembali perkaranya, adakalanya sabar di dalam mencari solusinya dengan dakwah kepada Allah Azza wa jalla, adakalanya sabar di dalam mencari solusinya dengan mendidik dan bergaul dengan cara yang indah, adakalanya sabar di dalam mencari solusinya dengan kembali menikah dan istiqomah bersamanya, demikian seterusnya setiap masalah di butuhkan cara penyelesaian dan kesabaran dalam mencari solusinya.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Alangkah indahnya bangunan itu, fondasinya kokoh, tiang-tiangnya tinggi kuat, atapnya luas, jendelanya besar menawan, menyita perhatian setiap orang yang melihatnya. Sungguh serasi dan saling menguatkan. Itulah bangunan masyarakat muslim bagaikan bangunan yang kokoh masing-masing bagian saling menguatkan antara satu dan lainnya.
“Seorang mukmin bagi mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan yang saling menopang, lalu beliau menautkan antar jari-jemari (kedua tangannya)”. (HR. Bukhari, Muslim)
Musibah seorang mukmin adalah musibah bagi semua orang yang beriman, mereka bersaudara dalam balutan kasih sayang, saling membantu, saling mengingatkan saling meringankan beban yang lainnya. Peduli atas penderitaan sesama, berusaha mengangkat saudaranya dari kubangan masalah, membantunya bangkit, berdiri dan melangkahkan kakinya agar kelak bisa berlari bersama lagi memikul beban dakwah yang tidak ringan.
Orang-orang yang beriman bagaikan satu jasad yang tak akan bisa tidur nyenyak apabila ada anggota tubuhnya yang sakit. Kakipun melangkah walau terasa penat, tanganpun bergerak mecari obat agar rasa pening itu pergi meninggalkan kepala. Rasulullah bersabda:
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan sakit dan tidak bisa tidur”. (HR. Bukhari, Muslim)
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak mendzalimi saudaranya, tidak menipunya, tidak memperdayanya dan tidak meremehkannya”. (HR. Muslim)
Suatu hari Ibnu Syubrumah membantu seseorang menyelesaikan permasalahan besar yang dihadapinya. Orang itupun datang membawa hadiah.
Ibnu Syubrumah berkata: “Apa ini?”
Dia menjawab: “Balasan atas jasamu dalam membantu kesulitanku”
Beliau berkata: “ambillah uangmu, semoga Allah mengampunimu. Jika engkau meminta tolong kepada saudaramu untuk membantu menyelesaikan kesulitanmu lalu dia tidak bekerja keras membantumu maka ambillah wudhu, shalatlah dengan empat takbir (shalat jenazah) dan masukkanlah dia ke dalam golongan orang-orang mati. Orang yang tidak mau mebantu menyelesaikan masalah saudaranya seiman dia adalah orang mati karena tidak ada kebaikan dalam dirinya”.
Subhanallah, nasehat yang amat menyentuh, obat mujarrab bagi masyarakat muslim dalam zaman modern ini yang telah ternodai dengan nilai-nilai materialisme. Nasehat beliau bagaikan tetesan air hujan di masa kemarau panjang yang menumbuhkan kesadaran kita bahwa nilai ukhuwah di atas semua sekat-sekat duniawi. Seringkali setan menggoda kita dengan beribu macam alasan agar tidak peduli dengan keadaaan saudara kita, khususnya alasan klasik: “itu kan kesalahn dia”. “salahnya sendiri” dan ungkapan-ungkapan lainnya yang berasal dari bisikan setan.
Mari kita renungkan sabda Rasulullah:
“Janganlah seorang mukmin membenci wanita mukminah, jika dia membenci salah satu perangainya, niscaya dia akan ridha dengan perangainya yang lain.” (HR. Muslim)
Tidak ada sosok manusia yang sempurna di muka bumi ini, kelemahan seseorang adalah kewajiban bagi kita sesama mukmin untuk menutupunyi agar menjadi bangunan yang kokoh. Bukan mengekspos kelemahan itu karena kelak akan menghancurkan bangunan yang susah payah kita bangun.
Untuk meraih cinta Allah tak cukup hanya dengan kesolehan pribadi kita juga harus menggapainya dengan kesolehan sosial, mari kita renungkan kisah berikut:
seorang lelaki mendatangi Rasulullah Shallallahualaihiwassalam dan berkata,”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling diicintai Allah ? dan amal apakah yang paling dicintai Allah swt?” Rasulullah Shallallahualaihiwassalam menjawab,”Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang muslim atau engkau menghilangkan suatu kesulitan atau engkau melunasi utang atau menghilangkan kelaparan. Dan sesungguhnya aku berjalan bersama seorang saudaraku untuk (menuaikan) suatu kebutuhan lebih aku sukai daripada aku beritikaf di masjid ini—yaitu Masjid Madinah—selama satu bulan. Dan barangsiapa yang menghentikan amarahnya maka Allah akan menutupi kekurangannya dan barangsiapa menahan amarahnya padahal dirinya sanggup untuk melakukannya maka Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk (menunaikan) suatu keperluan sehingga tertunaikan (keperluan) itu maka Allah akan meneguhkan kakinya pada hari tidak bergemingnya kaki-kaki (hari perhitungan).” (HR. Thabrani, disohihkan syeh Al Bani dalam silsilah sohihah)
MUTIARA ULAMA SALAF
Dalam sejarah kehidupan orang soleh terdahulu terdapat banyak contoh nyata bagi kita dalam membantu saudara seiman menyelesaikan berbagai macam problematika hidupnya. Berikut sebagian sejarah itu:
Abu bakar as shiddiq biasa memerahkan susu bagi penduduk desa, saat beliau diangkat menjadi kholifah seorang wanita berkata: “sekarang beliau tidak akan memerahkan lagi untuk kita” abu bakar berkata: “Tidak, saya berharap jabatan ini tidak akan mengubah perbuatan baik yang biasa aku lakukan sebelumnya”.
Umar bin Khottab biasa membantu beberapa janda mengambilkan air untuk mereka di malam hari. Pada suatu malam Tolhah melihat Umar masuk ke salah satu rumah wanita. Keesokan harinya Tolhah masuk ke rumah tersebut, ternyata di dalamnya ada seorang wanita tua dan buta. Tolhah bertanya: “apa yang dilakukan laki-laki itu tadi malam?”
Wanita itu menjawab: “Dia sudah lama membantu saya, membawakan kebutuhan saya dan mejauhkan kotoran dan penyakit”
Tolhah berkata: “Sungguh engkau telah memberatkan ibumu wahai Tolhah. Apakah engkau hendak mencari-cari kesalahan Umar?”
Abu Wail setiap hari keliling kampung membantu para wanita dan orang-orang lanjut usia, membeli kebutuhan mereka dan keperluannya.
mujahid berkata: “Saya menemani Ibnu Umar dalam sebuah perjalanan untuk membantu beliau tapi ternyata beliau malah lebih banyak membantu saya”.
Hakim bin Hizam selalu sedih atas hari di mana beliau tidak mendapatkan seseorang yang bisa beliau bantu menunaikan keperluannya. Beliau berkata: “Kalau saya memasuki waktu pagi tanpa menemui orang lemah yang bisa kubantu di depan pintu rumaku maka aku sadar kalau itu adalah musibah yang ditimpakan Allah kepadaku. Semoga Allah akan memberikan pahala bagiku di dalamnya”.
Membantu orang lain memang memerlukan kekuatan iman. Pasalnya, pendorong utama seseorang mau membantu kesulitan orang lain tidak semata-mata tersedianya harta yang cukup, tetapi iman yang kuat. Tanpa iman yang kuat, sangat kecil kemungkinan seseorang mau merelakan sebagian dari yang dimilikinya untuk membantu kesulitan orang lain.
Pikirannya selalu terfokus pada rumus matematika manusia bahwa memberikan harta kepada orang lain secara cuma-cuma karena alasan membantu sama dengan mengurangi aset yang dimilikinya. Oleh karena itu, banyak orang agak enggan untuk bersegera membantu kesulitan orang lain. Umumnya selalu memikirkan dirinya sendiri.
Cara berfikir seperti itu sepintas nampak logis, tetapi sangat tidak realistis. Sebab Allah menjanjikan balasan yang besar bagi siapa saja yang secara ikhlas mau membantu kesulitan orang lain. Allah yang Maha Kuasa tidak akan pernah menyalahi janji-Nya.
Malahan Allah akan selalu menolong Muslim yang gemar membantu kesulitan orang lain, baik melalui nasehat, arahan, dan anjuran yang baik, termasuk berupa bantuan harta. Tetapi, sekalipun demikian tetap saja, selagi iman tidak dominan, amalan ini pasti berat untuk dilakukan.
Paling Disukai Allah
Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu Alayhi Wasallam bersabda, “Orang yang paling disukai Allah adala orang yang paling bermanfaat. Adapun beberapa amal yang paling disukai Allah adalah perbuatanmu menyenangkan sesama Muslim, atau meringankan penderitaannya, melunasi hutangnya, atau mengusir kelaparannya.
Dan berjalan bersama saudara Muslim dalam rangka mengatasi kesulitannya lebih aku sukai daripada beri’tikaf di masjid selama satu bulan. Dan barangsiapa menahan kemarahannya, Allah akan menutupi kekurangannya, serta barangsiapa menahan kemarahannya-meski mampu membalasnya- niscaya Allah akan menyenangkan hatinya pada hari kiamat kelak.
Dan barangsiapa membantu saudaranya sesama Muslim dalam mengatasi kesulitannya sampai mapan kondisinya, maka Allah akan mengokohkan kakinya pada hari dimana kaki-kaki manusia tergelincir dan sesungguhnya akhlak yang tercela itu dapat merusak amal sebagaimana cuka dapat merusak madu” (HR. Thabrani).
Jadi, membantu mengatasi kesulitan orang lain termasuk amalan yang disukai Allah Subhanahu Wata’ala. Lebih dari itu kita bisa mendapat pahala seperti orang i’tikaf selama 30 hari di masjid. Bayangkan, berapa banyak kepentingan yang harus kita korbankan untuk menjalankan i’tikaf selama sebulan penuh.
Tetapi dengan meringankan beban orang lain, walaupun itu tak sampai satu jam sekalipun, kita berhak atas pahala seperti i’tikaf selama sebulan penuh. Tetnu bukan kalkulasi pahala yang patut kita utamakan, tetapi motivasi dasar, niat atau
nawaitu kita dalam melakukan amalan yang disukai Allah Ta’ala tersebut.
Keteladanan Sahabat
Orang-orang terdahulu sungguh sangat antusias dalam mengamalkan ajaran Islam. Termasuk membantu meringankan beban orang lain. Hal ini tidak lain karena tidak ada jalan mudah namun dicintai Allah selain membantu kesulitan orang lain yang benar-benar membutuhkan.
Muhammad Ibrahim An-Nua’im dalam karyanya “ Kaifa tuhilu umrokal intajy” memaparkan beberapa kisah sahabat yang gemar membantu kesulitan orang lain.
Abu Bakar Ash-Shiddiq misalnya, setiap hari beliau selalu membantu penduduk di kampunyga memerah susu dari kambing-kambing mereka. lalu, tatkala beliau menjadi khalifah, seorang wanita penduduk kampunya berkata, “Sekarang Abu Bakar tidak akan lagi memerah susu untuk kami”.
Abu Bakar pun menjawab, “Tidak, aku berharap kedudukanku ini tidak merubah sesuatu yang biasa aku lakukan”.
Begitu pula dengan Zaid bin Haritsah, semangat menolong orang lain sungguh sangat luar biasa. Setiap kali hujan turun, ia membawa api dan berkeliling mengunjungi orang-orang jompo di kampungnya dan selalu bertanya, “Apakah rumah kalian bocor, atau apakah kalian butuh api?”
Esok harinya, Zaid kembali berkeliling ke rumah-rumah mereka dan selalu bertanya, “Apakah kalian memerlukan seuatu yang perlu dibeli di pasar atau kalian membutuhkan seusatu?”
Tidak ketinggalan sahabat Nabi yang dikenal sangat tegas namun berhati sangat lembut kepada mereka yang menderita, Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu.
Al-kisah suatu malam Thalhah melihat Umar masuk ke rumah seorang wanita. Siangnya, Thalhah mengunjungi rumah tersebut dan ternyata di dalamnya tinggal seorang wanita tua yang buta dan lumpuh.
Thalhah pun bertanya, “Apa yang dilakukan Umar terhadapmu tadi malam?” Wanita itu menjawab, “Sudah sejak lama ia selalu memperhatikanku. Ia sering mendatangiku dengan membawa apa yang aku butuhkan dan mengeluarkanku dari penderitaan”.
Thalhah pun berkata, “Sungguh celaka engkau Thalhah, karena engkau telah mencari-cari kesalah Umar”.
Duhai, betapa indahnya, sekiranya negeri ini, para pemimpin dan rakyatnya meneladani perilaku mulia sahabat Nabi ini. Tentu akan aman sentosalah negeri yang kita cinta ini. Tetapi mengharap orang lain bukan solusi. Akan sangat baik jika kita mulai dari diri kita sekarang juga.
Imam Nawawi
SAHABAT MARI JANGAN LEWATKAN KESEMPATAN PAHALA
BANTU KESULITAN PARA JOMPO DHUAFA DI WILAYAH DAERAH-DAERAH PELOSOK

Fundraiser
Lihat SemuaFitri Nur Afifah
Yuk jadi Fundraiser
program ini
Berita Terbaru
Lihat Semua23 May 2025
Pencairan Dana Rp 102.600
Bismillahirrahmanirrahim Asalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh rencana penggunaan dana ini adalah untuk sedikit membantu pembelian sembako para janda lansia dhuafa
Terimakasih atas kebaikan dari para Donatur orang baik
Jazakallah atas kebaikan dari para Donatur
Donatur
Lihat SemuaHamba Allah
32 menit yang lalu
Rp 5.000
Hamba Allah
1 hari yang lalu
Rp 5.000
Hamba Allah
2 hari yang lalu
Rp 5.000
Hamba Allah
3 hari yang lalu
Rp 5.000
Hamba Allah
5 hari yang lalu
Rp 5.000