Air Mata di Balik Senyum Pilu Pejuang Tumor

Air Mata di Balik Senyum Pilu Pejuang Tumor

#Sobatbanyu, apakah kita akan membiarkan Ai terus menahan derita ini sendiri?!

Dana tersedia
Rp. 0

Info Lembaga

YAYASAN BANYU DERMA INDONESIA

YAYASAN BANYU DERMA INDONESIA

Akun Terverifikasi

Tentang program

Sejak usia 11 tahun Ratnasari atau yang akrab disapa Ai, telah diselimuti kesedihan. Sebuah benjolan tumbuh di dagunya, perlahan namun pasti, merenggut senyum masa kecilnya, menjalar ke wajah kanan, hingga menutupi mata. Ai tak pernah tahu rasanya menjadi gadis remaja tanpa tatapan iba, tanpa pertanyaan tak terucapkan, tanpa rasa sakit yang mendera.

Almarhum Bapak selalu berpesan, Ai pasti sembuh, Ai pasti kuat ngadepin penyakit. Apapun akan Bapak lakukan untuk kesembuhan Ai, bisik Ai, suaranya tercekat.

Setiap mengingat pesan itu, air matanya tak terbendung. Sang ayah, satu-satunya tiang penyangga harapan, kini telah tiada, pergi meninggalkan Ai dalam perjuangan yang terasa semakin sendiri.

Dulu, Ai adalah seorang anak yang ceria, namun benjolan itu merebut segalanyaRasa minder dan tatapan orang-orang membuatnya terpaksa mengubur mimpinya untuk sekolah. Tahun demi tahun berlalu benjolan diwajahnya semakin memburuk, kelopak matanya membesar, merampas penglihatannya. Dunia Ai seolah semakin gelap, bersamaan dengan kondisi matanya yang tertutup.

Tumor neurofibroma pleksiform itulah diagnosa yang Dokter berikan untuk penyakitnya. Meski operasi pada dagu dan wajah telah ia jalani, namun bukan berarti penyakitnya itu sembuh, padahal Keluarga Ai sudah menjual apa saja yang mereka miliki dari mulai harta benda, lahan, bahkan rumah satu-satunya, demi secercah harapan kesembuhan. Takdir seolah tak pernah berhenti menguji, ketika ayahnya meninggal dunia, hidup Ai terasa runtuh! sebab Siapa lagi yang akan menopang hidupnya? Siapa lagi yang akan memperjuangkan kesembuhannya?

Selama 10 tahun, Ai hidup dalam penderitaan yang tak terbayangkan. Benjolan di wajahnya adalah sumber nyeri tak terhingga. Makanya tak heran jika Air mata seringkali mengalir tanpa bisa ia cegah, bukan karena tangisan, tapi karena sakit dan perih yang menusuk.

Kalau terasa sakit, saya hanya konsumsi obat warung atau dikompres, ucap Ai lirih,

Sebuah gambaran ketiadaan biaya dalam mengobati penyakitnya tersebut, padalah semasa hidupnya ia menghadapi nyeri yang tak pernah usai. Obat-obatan biasa hanya meredakan sesaat, belum bisa menyembuhkan.

Sudah hampir setahun Ai menanti jadwal operasi selanjutnya. Setahun penuh dalam ketidakpastian, dalam penantian yang menyiksa. Tidak ada kontrol rutin, tidak ada penanganan medis, hanya karena biaya yang tak ada. Dari pelosok Garut Selatan ke RSHS Bandung, jarak itu terasa seperti jurang tak berdasar, terhalang oleh rupiah yang tak pernah cukup.

Sedangkan Ibunya, seorang penjual tempe keliling dan buruh cuci, berpenghasilan tak lebih dari Rp25.000 sehari. Itu pun tak cukup untuk makan, apalagi untuk biaya pengobatan Ai. Melihat perjuangan sang ibu yang banting tulang seorang diri, hati Ai teriris, Ia tak bisa hanya berdiam diri.

Dengan sisa kekuatan yang ada, Ai memutuskan untuk membantu ibunya berjualan sayur keliling. Setiap hari, dengan wajah yang didera tumor, ia melangkah dari rumah ke rumah, menjajakan dagangan. Seringkali, sang adik menemani, bukan hanya untuk membantu, tapi karena kekhawatiran jika tiba-tiba Ai pingsan atau nyeri datang tak terduga.

Ibu menyuruh saya untuk membawa Ade kalau jualan, takutnya saya pingsan atau kerasa sakit kalau jualan, jadi ada yang bantuin, kenang Ai, matanya berkaca-kaca.

Adeknya yang kecil, dengan setia mengusapkan Air matanya saat nyeri mendera wajah kakaknya. Sebuah pemandangan yang memilukan, gambaran nyata dari kasih sayang di tengah kemiskinan dan penderitaan.

Di tengah perjuangan berat itu, Ai dan adiknya selalu menyempatkan diri mampir ke makam sang ayah. Di sana, di bawah nisan yang dingin, Ai seolah mencari kekuatan terakhir, berbagi penderitaan yang tak bisa ia ungkapkan pada siapapun.

Ai berharap, dengan berjualan sayur ia bisa membantu keluarganya bertahan hidup, dan mungkin, menyisihkan sedikit uang untuk biaya pengobatannya. Sebuah harapan yang terasa begitu jauh, sebuah mimpi yang entah kapan akan terwujud.

#Sobatbanyu, apakah kita akan membiarkan Ai terus menahan derita ini sendiri?!

Perjuangan Ai adalah jeritan hati yang memohon uluran tangan. Jangan biarkan ia terus merasakan penderitaan tak terhingga karena tumornya yang memburuk, terhalang oleh biaya. Mari bersama, kita hadirkan kembali senyum di wajah Ratnasari.

 

Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk membantu Pengobatan Tumor Ai, Pemenuhan kebutuhan hidup Keluarganya, Modal Usaha Ibunya, biaya Pendidikan Ai beserta Adiknya dan jika terdapat kelebihan dana akan digunakan untuk para penerima manfaat lainnya yang berada dibawah naungan Program-program Yayasan Banyu Derma Indonesia.


Disclaimer : Informasi dan opini yang tertulis di halaman program ini adalah milik lembaga (pihak yang menggalang dana) dan tidak mewakili Amalsholeh.com.

Fundraiser

Lihat Semua
V

Vincenzo

Berhasil mengajak 3 orang untuk berdonasi
Rp 15.000

Yuk jadi Fundraiser
program ini

Berita Terbaru

belum ada fundraiser

Belum ada berita

Lembaga belum membuat berita terbaru

HA

Hamba Allah

2 minggu yang lalu

Rp 5.000

HA

Hamba Allah

3 minggu yang lalu

Rp 25.000

HA

Hamba Allah

1 bulan yang lalu

Rp 5.000

HA

Hamba Allah

1 bulan yang lalu

Rp 5.000

HA

Hamba Allah

1 bulan yang lalu

Rp 6.000

donasi Rutin