“Sudah 10 tahun Fahri cuma bisa seperti ini, Mbak. Berbaring dan kejang-kejang dengan badannya yang melengkung dan batok kepalanya yang nggak berkembang,” tutur Bu Mira, ibu Fahri.

Bayangkan bagaimana rasanya menjadi seorang anak yang hidup bertahun-tahun, tapi belum bisa apa-apa. Hanya bisa melihat dan merasakan kasih sayang orang tuanya dalam diam, tanpa respon yang berarti.

“Saya harap Fahri bisa minimal memanggil saya ‘Ibu.’ Ingin Fahri bisa cerita banyak tentang apa yang sebenarnya ia rasakan,” lirih Bu Mira. Tak hanya mejadi Fahri saja yang berat. Menjadi Bu Mira pun tak kalah berat.

Waktu Fahri lahir, Fahri sempat masuk inkubator dan ICU karena tidak mau diberi ASI. Fahri sempat kejang-kejang dan nggak sadarkan diri. Hari-hari setelah itu Bu Mira hanya bisa berharap semoga Fahri masih bisa selalu di sisinya meskipun dengan segala keterbatasannya.

“Sudah lama saya nggak bawa Fahri berobat karena nggak ada biaya. Dokter menyarankan berobat seminggu 3 kali, tapi sekali berobat bisa habis Rp150 ribu, Mbak. Belum ongkos perjalanan ke rumah sakit cukup jauh dan butuh biaya juga,” tambahnya.

Kakak Baik, cerebral palsy dan mikrosefalus adalah dua penyakit yang membutuhkan waktu penanganan yang tidak sebentar. Selama 10 tahun Bu Mira dan suaminya berjuang jadi buruh tani dan penjual bunga untuk kesembuhan Fahri. Tapi belakangan ini kondisi ekonomi mereka sedang sulit sehingga pengobatan dan terapi Fahri terpaksa harus terhenti.

Maukah Kakak Baik bantu Fahri jalani pengobatan dan terapi rutinnya?

Rumah Asuh

Jl. Cicalengka Raya No. 5

Antapani, Bandung

Disclaimer:

Bila hasil donasi melebihi target, akan disalurkan kepada penerima manfaat lainnya dengan campaign serupa.