transfer

instant

virtual

Dalam penantian yang tak berujung, Ririn (9) dan Rere (5) terus menunggu kehadiran yang tak kunjung datang. Dua Ramadhan telah berlalu tanpa kehadiran sang Ayah dan Ibu yang mereka rindukan. Ririn, dengan hati yang terluka, mencoba menenangkan adiknya, namun air mata tetap mengalir tak terbendung.<img src="https://hbi-berbagi.com/wp-content/uploads/2024/03/WhatsApp-Image-2024-03-21-at-16.05.21.jpg">Kehidupan yang harus didewasakan terlalu cepat, memaksa mereka merasakan pahitnya kehilangan sejak usia dini. Ditinggalkan oleh Ayah yang pergi terlebih dahulu karena penyakit, dan kemudian Ibu yang meninggalkan mereka tanpa jejak. Kesedihan itu teramat dalam, terlukis jelas di wajah Ririn yang berusaha tegar di hadapan Rere, adiknya yang masih kecil.“Selama ini aku sama adik dibesarkan dan dirawat oleh Bibi dengan keadaan serba kesulitan, jadi kami berdua sama adik harus bantuin Bibi untuk bisa makan dan Jajan, kami sayang sama Sama Bibi, kami enggak mau kehilangan Bibi”.&nbsp;Ucap Ririn lemas.<img src="https://hbi-berbagi.com/wp-content/uploads/2024/03/ririn-2.jpg">Mereka dibesarkan oleh kasih sayang Bibi, namun kehidupan tak pernah memberikan kemudahan. Ririn, anak yang masih berusia sembilan tahun, terpaksa menjadi tulang punggung keluarga. Di pundaknya terbawa beban yang terlalu berat untuk usianya, menghadapi kehidupan yang teramat keras.Ririn yang saat ini masih duduk di bangku sekolah dasar, sepulang sekolah harus segera ke warung tetangganya untuk mengambil makaroni untuk dijualnya berkeliling. Makaroni tersebut ia jual dengan harga Rp 2.000/bungkus dan mereka hanya mendapatkan keuntungan 500 perak/bungkus.Setiap Ririn jualan sang adik Rere (5 thn) selalu ikut sang kakak, kata adik aku“kakak… adek ikut kakak jualan ya, mau temenin kakak. Adik pengen banget bisa sekoah kaya orang-orang”&nbsp;Ungkap Ririn Menceritakan adiknya.<img src="https://hbi-berbagi.com/wp-content/uploads/2024/03/WhatsApp-Image-2024-03-21-at-16.10.12.jpg">Dibalik senyumnya, tersimpan rasa lapar dan haus yang harus mereka tahan. Setiap suap nasi menjadi anugerah, setiap langkah adalah doa untuk kelangsungan hidup mereka. Namun, di balik segala kesulitan, tersemat cita-cita sederhana: melanjutkan Pendidikan setinggi-tingginya dan melihat adiknya sukses dan Bahagia.“Kakak,,,selalu dampingi adek ya jangan pernah tinggalkan adek“&nbsp;Pinta Rere sambil menangis.Hidup serba kekurangan tanpa sosok kedua orang tua bukan pilihan mereka, yang mereka tahu saat ini bagaimana mereka bisa terus berjualan agar tak putus sekolah, sambil bercerita Ririn tak kuasa menahan air mata, karena ingin sekali hidup lengkap dengan sosok ayah dan ibu seperti anak-anak lain.Di usia yang masih sangat muda, Ririn harus merasakan pahitnya hidup. Namun, di kekuatannya, terlihat cahaya harapan yang masih menyala. Pertanyaan yang mengemuka, tegakah kita membiarkan Ririn berjuang sendirian?#SahabatAmal&nbsp;takdir setiap orang berbeda-beda, perjuangan Ririn dan Rere sangat luar biasa, takdir yang getir mereka taklukan.Mari bersama kita bantu Ririn dan Rere untuk bisa makan yang enak, pendidikan yang layak dan wujudkan harapannya untuk masa depan yang cerah dengan cara berdonasi di link campaign ini!

#SahabatAmal mari bersama-sama untuk bahagiakan Ririn dan Rere guna hidup layak dan masa depan yang cerah!

Bantu 2 Yatim Bersaudara Bertahan Hidup!

Dalam penantian yang tak berujung, Ririn (9) dan Rere (5) terus menunggu kehadiran yang tak kunjung datang. Dua Ramadhan telah berlalu tanpa kehadiran sang Ayah dan Ibu yang mereka rindukan. Ririn, dengan hati yang terluka, mencoba menenangkan adiknya, namun air mata tetap mengalir tak terbendung.Kehidupan yang harus didewasakan terlalu cepat, memaksa mereka merasakan pahitnya kehilangan sejak usia dini. Ditinggalkan oleh Ayah yang pergi terlebih dahulu karena penyakit, dan kemudian Ibu yang meninggalkan mereka tanpa jejak. Kesedihan itu teramat dalam, terlukis jelas di wajah Ririn yang berusaha tegar di hadapan Rere, adiknya yang masih kecil.“Selama ini aku sama adik dibesarkan dan dirawat oleh Bibi dengan keadaan serba kesulitan, jadi kami berdua sama adik harus bantuin Bibi untuk bisa makan dan Jajan, kami sayang sama Sama Bibi, kami enggak mau kehilangan Bibi”.&nbsp;Ucap Ririn lemas.Mereka dibesarkan oleh kasih sayang Bibi, namun kehidupan tak pernah memberikan kemudahan. Ririn, anak yang masih berusia sembilan tahun, terpaksa menjadi tulang punggung keluarga. Di pundaknya terbawa beban yang terlalu berat untuk usianya, menghadapi kehidupan yang teramat keras.Ririn yang saat ini masih duduk di bangku sekolah dasar, sepulang sekolah harus segera ke warung tetangganya untuk mengambil makaroni untuk dijualnya berkeliling. Makaroni tersebut ia jual dengan harga Rp 2.000/bungkus dan mereka hanya mendapatkan keuntungan 500 perak/bungkus.Setiap Ririn jualan sang adik Rere (5 thn) selalu ikut sang kakak, kata adik aku“kakak… adek ikut kakak jualan ya, mau temenin kakak. Adik pengen banget bisa sekoah kaya orang-orang”&nbsp;Ungkap Ririn Menceritakan adiknya.Dibalik senyumnya, tersimpan rasa lapar dan haus yang harus mereka tahan. Setiap suap nasi menjadi anugerah, setiap langkah adalah doa untuk kelangsungan hidup mereka. Namun, di balik segala kesulitan, tersemat cita-cita sederhana: melanjutkan Pendidikan setinggi-tingginya dan melihat adiknya sukses dan Bahagia.“Kakak,,,selalu dampingi adek ya jangan pernah tinggalkan adek“&nbsp;Pinta Rere sambil menangis.Hidup serba kekurangan tanpa sosok kedua orang tua bukan pilihan mereka, yang mereka tahu saat ini bagaimana mereka bisa terus berjualan agar tak putus sekolah, sambil bercerita Ririn tak kuasa menahan air mata, karena ingin sekali hidup lengkap dengan sosok ayah dan ibu seperti anak-anak lain.Di usia yang masih sangat muda, Ririn harus merasakan pahitnya hidup. Namun, di kekuatannya, terlihat cahaya harapan yang masih menyala. Pertanyaan yang mengemuka, tegakah kita membiarkan Ririn berjuang sendirian?#SahabatAmal&nbsp;takdir setiap orang berbeda-beda, perjuangan Ririn dan Rere sangat luar biasa, takdir yang getir mereka taklukan.Mari bersama kita bantu Ririn dan Rere untuk bisa makan yang enak, pendidikan yang layak dan wujudkan harapannya untuk masa depan yang cerah dengan cara berdonasi di link campaign ini!

1. KESEHATAN
Masalah kesehatan seringkali menjadi sebab utama jatuhnya masyarakat pada jurang kemiskinan. 
Sebab masalah ini dapat dicegah sejak awal, namun seringkali kesadaran hal ini diabaikan begitu
saja oleh kebanyakan. Maka dalam aspek keshatan, yang kami lakukan berupa :
• Memberikan Fasilitas Pendukung Seperti Rumah Singgah, Makanan Gratis bagi pasien dan
pendamping, Ambulance dan Relawan 24 Jam untuk membantu proses pengobatan para pasien
dhuafa.
• Melakukan kegiatan dan training bagi keluarga pasien pendamping untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang kesehatan.
• Melakukan training dan pelatihan yang bersifat preventif action .
• Mengakomodasi dan mengadvokasi persoalan mengenai pendampingan kesehatan.

2.EKONOMI
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat perlu dihadirkan sebagai salah satu langkah kongkrit yang
secara langsung dapat membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat khususnya pada
keluarga pasien dan pasien yang sudah sembuh yang berjuang memenuhi kebutuhan dasarnya.
Maka dalam aspek ekonomi, yang kami akan lakukan:
• Mendorong dan memberdayakan para keluarga pendamping pasien atau pasien yang sudah
sembuh untuk memulai membuka usaha guna memenuhi kebutuhan pengobatan atau
keberlangsungan kehidupan keluarga pasien.
• Meningkatkan kapasitas hardskill maupun softskill bagi para keluarga pasien atau pasien yang
sudah sembuh dalam ekonomi UMKM.
• Mendorong berbagai macam aktivitas untuk keluarga pasien dan pasien yang sudah sembuh
guna mampu menjadi roda penggerak ekonomi masyarakat dimana ia tinggal.

3.SOSIAL KEMANUSIAAN
Isu sosial kemanusiaan di Indonesia cukup beragam, dengan keberagaman ini masalah pun menjadi
lebih kompleks, hal itu menjadi dasar untuk Yayasan Tangan Baik Insani bergerak sabagai salah satu
Yayasan yang berfokus ke dalam isu-isu kesehatan serta sosial kemanusiaan seperti penyaluran
infaq, shadaqah dan wakaf untuk pejuang kesmebuhan (Pasien Dhuafa), agar mampu memberikan
dampak peningkatan indeks kesehatan dan pembangunan manusia yang seimbang bagi
masyarakat. Dalam realisasinya yang kami lakukan adalah:
• Menerima dan menyalurkan amal zakat, wakaf, infaq dan shadaqah.
• Memberikan program pelatihan kepada keluarga pasien dan pasien yang sudah sembuh untuk
menigkatkan keahlian-kehalian khusus sesuai bidang dan kapasitasnya.
• Memberti bantuan kepada korban bencana alam serta penderita penyakit kronis.
• Memberikan bantuan kepada pasien penderita penyakit kronis, penyandang disabilitas, tuna 
wisma, fakir miskin, lansia , yatim dhuafa dan gelandangan

Kembali ke penggalangan

Pilih Nominal donasi