Rehan mengamuk setiap hari, siapapun tidak akan tega melihatnya. Berteriak, menangis meraung-raung kemudian merintih kesakitan. Memukuli diri sendiri saat sakit yang dirasanya tak bisa ia tahan.
Tak kenal waktu, hal itu setiap hari dialaminya bahkan Rehan hanya bisa tidur 2 jam dalam satu hari.
<figure><img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/Z7MESqRoevdbhLp1r1vNcw2uaYgQKeYcZNeZgy1O.jpg?ar=16:9&w=720&auto=format,compress" data-image="xh3jkg37xwi2"></figure>
 Tubuh kurus Rehan meringkuk, ia senang sekali duduk sambil memeluk lutut. Tangan kanannya sibuk menggambar, sesekali berceloteh apa saja yang ia inginkan. Rehan sangat sensitif dan emosinya tidak stabil. Siapapun yang ada di dekatnya harus bisa menjaga emosi remaja 16 tahun itu. Kalau tidak, ia bisa marah, mengamuk dan menyakiti diri lagi.
<figure><img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/PDIgQNPHESEUkCG7dCiQkk3a0xbkReJGuFrJl1h7.jpg?ar=16:9&w=720&auto=format,compress" data-image="ax6g9ekagxeg"></figure>
 Tetangga Rehan sudah terbiasa mendengar teriakan histeris dan rintih kesakitan Rehan. Hal itu telah berlangsung selama bertahun-tahun. Pagi, siang dan malam, tak kenal waktu.
“Saya sebagai tetangganya, tidak pernah sanggup mendengar teriakan Rehan. Dari bangun tidur sampai malam, Rehan seringkali histeris dan memukuli diri sendiri,” ujar Fahmia, tetangga dari keluarga Rehan.
<figure><img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/CrKA3byToynvWK8v7CbIeyFLQq0ESoqLW7APGEzS.jpg?ar=16:9&w=720&auto=format,compress" data-image="75z6yq5ixkfe"></figure>
Akhir-akhir ini, Rehan sering mengeluh sakit di perut. Saat kambuh, ia akan berteriak terus memukul perutnya dengan kencang sampai terdengar suara “buk-buk-buk”. Sang Nenek dan saudara perempuannya hanya bisa sabar menenangkan Rehan.
<figure><img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/LD5PhMlJRfq9KAMojieBYmLvHHD8EvYeVEtGzoVs.jpg?ar=16:9&w=720&auto=format,compress" data-image="rp1pmj0u4cs2"></figure>
Sejak lahir Rehan kecil sudah divonis mengalami autis. Ekonomi yang serba terbatas membuat Rehan kesulitan untuk mendapatkan terapi. Ayah Rehan sudah meninggal, sedangkan ibunya bekerja di luar kota sebagai buruh cuci piring untuk menghidupi ibunya yang sudah tua dan keempat anaknya. Penghasilan yang ia dapatkan kurang lebih 50.000 perhari.
“Rehan tinggal sama nenek yang penglihatannya udah pudar, kakanya kelas 2 SMA dan 2 adiknya masih SD. Saya suka kasin, kadang sang nenek kesulitan untuk menenangkan Rehan,” ujar Fahmia lagi.
Sobat Quran, saat ini Rehan telah beranjak remaja tapi belum bisa sekolah dan bermain seperti anak biasanya. Rehan ingin sembuh, Rehan ingin menjadi anak yang berbakti, Rehan juga ingin membantu ibunya untuk berjuang demi keluarga.
Yuk bantu Rehan mendapatkan terapi saraf, agar ia bisa sembuh dan bisa membahagiakan ibu serta neneknya
1. Klik “Donasi Sekarang”
2. Isi Nominalnya
3. Pilih Metodenya. Donasi bisa melalui GoPay.

Sering mengamuk dan sulit tidur, Rehan tidak pernah dapatkan terapi dan pengobatan sejak lahir. Bantu Rehan untuk sembuh yuk!

URGENT! Bantu Rehan Dapatkan Terapi Saraf

Rehan mengamuk setiap hari, siapapun tidak akan tega melihatnya. Berteriak, menangis meraung-raung kemudian merintih kesakitan. Memukuli diri sendiri saat sakit yang dirasanya tak bisa ia tahan.
Tak kenal waktu, hal itu setiap hari dialaminya bahkan Rehan hanya bisa tidur 2 jam dalam satu hari.

Tubuh kurus Rehan meringkuk, ia senang sekali duduk sambil memeluk lutut. Tangan kanannya sibuk menggambar, sesekali berceloteh apa saja yang ia inginkan. Rehan sangat sensitif dan emosinya tidak stabil. Siapapun yang ada di dekatnya harus bisa menjaga emosi remaja 16 tahun itu. Kalau tidak, ia bisa marah, mengamuk dan menyakiti diri lagi.

Tetangga Rehan sudah terbiasa mendengar teriakan histeris dan rintih kesakitan Rehan. Hal itu telah berlangsung selama bertahun-tahun. Pagi, siang dan malam, tak kenal waktu.
“Saya sebagai tetangganya, tidak pernah sanggup mendengar teriakan Rehan. Dari bangun tidur sampai malam, Rehan seringkali histeris dan memukuli diri sendiri,” ujar Fahmia, tetangga dari keluarga Rehan.

Akhir-akhir ini, Rehan sering mengeluh sakit di perut. Saat kambuh, ia akan berteriak terus memukul perutnya dengan kencang sampai terdengar suara “buk-buk-buk”. Sang Nenek dan saudara perempuannya hanya bisa sabar menenangkan Rehan.

Sejak lahir Rehan kecil sudah divonis mengalami autis. Ekonomi yang serba terbatas membuat Rehan kesulitan untuk mendapatkan terapi. Ayah Rehan sudah meninggal, sedangkan ibunya bekerja di luar kota sebagai buruh cuci piring untuk menghidupi ibunya yang sudah tua dan keempat anaknya. Penghasilan yang ia dapatkan kurang lebih 50.000 perhari.
“Rehan tinggal sama nenek yang penglihatannya udah pudar, kakanya kelas 2 SMA dan 2 adiknya masih SD. Saya suka kasin, kadang sang nenek kesulitan untuk menenangkan Rehan,” ujar Fahmia lagi.
Sobat Quran, saat ini Rehan telah beranjak remaja tapi belum bisa sekolah dan bermain seperti anak biasanya. Rehan ingin sembuh, Rehan ingin menjadi anak yang berbakti, Rehan juga ingin membantu ibunya untuk berjuang demi keluarga.
Yuk bantu Rehan mendapatkan terapi saraf, agar ia bisa sembuh dan bisa membahagiakan ibu serta neneknya
1. Klik “Donasi Sekarang”
2. Isi Nominalnya
3. Pilih Metodenya. Donasi bisa melalui GoPay. 

Indonesia Bersama Quran merupakan sebuah lembaga filantropi yang hadir untuk menciptakan kebahagiaan dengan menanamkan nilai-nilai Al-Quran demi kebaikan setiap individu di seluruh dunia, khususnya Indonesia. Kami yakin sekecil apapun kebaikan, apabila dilakukan bersama akan membawa dampak besar bagi kesejahteraan masyarakat.

URGENT! Bantu Rehan Dapatkan Terapi Saraf

Info Lembaga

Tentang program

Berita Terbaru

Donatur