“Teman-teman mohon doanya untuk ayah saya. Ayah saya sakit tumor tulang dan saya tega melihatnya kesakitan setiap hari. Aya ingin melihat ayah sembuh dan bisa beraktivitas kembali seperti sedia kala,” ujar Irfan (12 tahun)

_________________

Sudah 2 tahun Pak Saepudin memikul beban berat. Bukan hanya fisik tapi juga beban mental. Tumor di pundaknya semakin besar dari hari ke hari, sementara itu ia punya tanggungan 2 orang anak dan juga sang ibu yang berumur 85 tahun.

Sedih sekaligus sakit, Bapak kadang menangis dalam diam. Akbar anak bungsunya juga sering memergoki Bapak meringis sambil menangis pelan. Ia seringkali tak tega melihatnya. Tapi Akbar tidak bisa membantu apa-apa. Ia hanya bisa berdoa dan membantu sebisanya.

Masih teringat di benak Akbar, awal mula saat ayahnya sakit. Saat itu, tumbuh benjolan sebesar kelereng di pundak Pak Saepudin. Sempat diperiksakan ke dokter dan disuntik lalu menghilang, tapi benjolan itu tumbuh lagi malah semakin besar Lalu, Bapak berinisiatif pergi ke tukang pijit karena takutnya ada urat yang menggumpal.

“Setelah dipijit benjolan itu malah semakin cepat membesar, timbul luka tebuka di beberapa bagian. Bapak kami bawa ke dokter dan harus segera dirujuk ke Rumah Sakit di Bandung tapi kami punya gak punya uang,” cerita Akbar.

Sudah lama Pak Saepudin hanya bisa berbaring dengan pengobatan seadanya. Mereka tidak bisa melakukan apa-apa karena tidak punya biaya.

Pak Saepudin adalah tulang punggung yang biasa menanggung biaya hidup kedua anak dan ibunya. Saat ia sakit tak banyak yang bisa ia lakukan.

Sahabat, bantu Pak Saepudin untuk sembuh agar ia bisa kembali kerja dan menafkahi keluarganya sekarang juga!