sosmed cq

Bagi mak Tati (77 tahun) ia sudah terbiasa berteman dengan kesendirian. Di usianya yang sudah senja, Mak tinggal seorang diri di gubuk reyot beratapkan terpal dan dinding bambu yang sudah mulai rapuh tanpa penerangan yang memadai.<img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/eT6Os1kwhHVlEc6bCzLGsMUG6HDuEkft8riYKREh.jpg?ar=16:9&amp;w=720&amp;auto=format,compress">Sehari-hari Mak hanya terbaring ditempat tidurnya. Tubuhnya yang renta dan penglihatannya&nbsp; yang mulai buram membuat Mak sering terjatuh jika berjalan sedikit saja. Langkah tertatih-tatih, tubuhnya pun bergetar dengan mata yang berkaca-kaca.<img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/vu5O66zeV1XHA08G81XkeRcxoSrmmS083BgaTXKb.jpg?ar=16:9&amp;w=720&amp;auto=format,compress">"Kalau makan ya biasa dari tetangga. Itu pun kalau ada yang ngasih Mak makanan. Kalau tidak ada, mudah-mudahan besok ada rezeki yang datang mengantarkan makanan ke Mak." ~Ungkap Mak Tati dengan mata berkaca-kaca<img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/vHlEnVEBcf8kytqwqaIso8K1Bc9gTxccAxGvHLnT.jpg?ar=16:9&amp;w=720&amp;auto=format,compress">Setiap hari ia berusaha bertahan hidup dari belas kasihan tetangga. Mulai dari makan hingga kebutuhan pribadinya. Tak jarang ia pun harus menahan rasa lapar dengan berpuasa atau mengkonsumsi air minum yang banyak.<img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/lRL6hdTMKfzAnarVu4w30vLJbU6nTmKIJ4TWU8YS.jpg?ar=16:9&amp;w=720&amp;auto=format,compress">Mak kadang suka duduk didepan pintu menunggu ada orang atau tetangganya lewat untuk memberitahu bahwa ia lapar sehingga ada yang mau memberinya makanan.<img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/kVq5ewFksxiKTRc3Knk5FMtJhc2bfXwuyWJmFhUC.jpg?ar=16:9&amp;w=720&amp;auto=format,compress">Mak tinggal sendiri di sebuah rumah yang sudah rapuh. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu yang ditopang oleh kayu-kayu yang sudah rapuh.<img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/jCjitAoA9Qj9slqTpteJcXWfjSoUvFyO1pxQlzZ1.jpg?ar=16:9&amp;w=720&amp;auto=format,compress">Jika hujan kondisi didalam rumah sangat memprihatinkan. Air banyak yang menyelinap lewat sela-sela genting. Dan angin pun bisa dengan mudah masuk lewat bolongan pada dinding bambu rumah tersebut. Membuat Mak Tati meringkuk kedinginan menggigil ditempat tidurnya.<img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/7cZIlxWuycAVJ9YLeQUwjmY00c0bp4CHc0zyI92y.jpg?ar=16:9&amp;w=720&amp;auto=format,compress">Sambil menahan rasa lapar dengan tubuh menggigil kedinginan. Air matanya terus terurai sambil memohon kepada Allah agar bisa diberikan kesabaran.<img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/jGqhmk4zhiZv4DQDzxGkGxiq7WcpTcuR6ytdxty0.jpg?ar=16:9&amp;w=720&amp;auto=format,compress">Mak sudah tidak kuat lagi bekerja, bahkan untuk berjalan pun ia lakukan dengan susah payah dan dibantu dengan tongkat. Jalannya sangat pelan dan tertatih. Jika tidak jeli, ia bisa melihat beberapa luka di kakinya. Luka itu ia dapat saat sedang berjalan kaki.<img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/7ZB0ICrupxhhCqiEbrbUKDsgiIoKuPqe0xbs9Ob1.jpg?ar=16:9&amp;w=720&amp;auto=format,compress">Sahabat kebaikan, mari kita sisihkan sebagian rezeki untuk Mak Tati agar bisa hidup dengan layak di sisa usianya Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi semua kebutuhan Mak Tati. Selain itu akan digunakan untuk para penerima manfaat lainnya dibawah naungan Yayasan Banyu Derma Indonesia.

Hidup Mak Tati sangat mengkhawatirkan, ia hidup terbengkalai di gubuk tua seorang diri. Kita bisa menemani dengan menyisihkan rezeki kita.

Di Bilik Reyot dan Lapuk Ini Tempat Mak Tati Berteduh

Bagi mak Tati (77 tahun) ia sudah terbiasa berteman dengan kesendirian. Di usianya yang sudah senja, Mak tinggal seorang diri di gubuk reyot beratapkan terpal dan dinding bambu yang sudah mulai rapuh tanpa penerangan yang memadai.Sehari-hari Mak hanya terbaring ditempat tidurnya. Tubuhnya yang renta dan penglihatannya&nbsp; yang mulai buram membuat Mak sering terjatuh jika berjalan sedikit saja. Langkah tertatih-tatih, tubuhnya pun bergetar dengan mata yang berkaca-kaca."Kalau makan ya biasa dari tetangga. Itu pun kalau ada yang ngasih Mak makanan. Kalau tidak ada, mudah-mudahan besok ada rezeki yang datang mengantarkan makanan ke Mak." ~Ungkap Mak Tati dengan mata berkaca-kacaSetiap hari ia berusaha bertahan hidup dari belas kasihan tetangga. Mulai dari makan hingga kebutuhan pribadinya. Tak jarang ia pun harus menahan rasa lapar dengan berpuasa atau mengkonsumsi air minum yang banyak.Mak kadang suka duduk didepan pintu menunggu ada orang atau tetangganya lewat untuk memberitahu bahwa ia lapar sehingga ada yang mau memberinya makanan.Mak tinggal sendiri di sebuah rumah yang sudah rapuh. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu yang ditopang oleh kayu-kayu yang sudah rapuh.Jika hujan kondisi didalam rumah sangat memprihatinkan. Air banyak yang menyelinap lewat sela-sela genting. Dan angin pun bisa dengan mudah masuk lewat bolongan pada dinding bambu rumah tersebut. Membuat Mak Tati meringkuk kedinginan menggigil ditempat tidurnya.Sambil menahan rasa lapar dengan tubuh menggigil kedinginan. Air matanya terus terurai sambil memohon kepada Allah agar bisa diberikan kesabaran.Mak sudah tidak kuat lagi bekerja, bahkan untuk berjalan pun ia lakukan dengan susah payah dan dibantu dengan tongkat. Jalannya sangat pelan dan tertatih. Jika tidak jeli, ia bisa melihat beberapa luka di kakinya. Luka itu ia dapat saat sedang berjalan kaki.Sahabat kebaikan, mari kita sisihkan sebagian rezeki untuk Mak Tati agar bisa hidup dengan layak di sisa usianyaDisclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi semua kebutuhan Mak Tati. Selain itu akan digunakan untuk para penerima manfaat lainnya dibawah naungan Yayasan Banyu Derma Indonesia.

Yayasan Banyu Derma Indonesia adalah sebuah lembaga sosial yang berdedikasi dalam menyediakan akses air bersih bagi masyarakat di pelosok Indonesia yang mengalami kesulitan dalam hal tersebut. Melalui program unggulannya, yayasan ini aktif dalam pengadaan sumur air dan renovasi MCK (Mandi, Cuci, Kakus). Dengan upaya ini, mereka berusaha meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat yang terpinggirkan karena kekurangan akses air bersih. Setiap sumur air yang dibangun dan MCK yang direnovasi menjadi titik-titik harapan bagi masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih sehat dan berkualitas. Yayasan Banyu Derma Indonesia terus berupaya menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk memperluas dampak positifnya dan memberikan kontribusi nyata dalam memerangi masalah kritis ini di Indonesia.

Di Bilik Reyot dan Lapuk Ini Tempat Mak Tati Berteduh

Info Lembaga

Tentang program

Fundraiser

Berita Terbaru

Donatur