
Demi Anak, 47 Tahun Kakek Ahmad Hidup di Jalanan Sebagai Tukang Becak
“Bapak gakpapa kelaparan yang penting Anak Bapak bisa bertahan”
Info Lembaga

Rumah Yatim
Tentang program

Sungguh Pilu, Nasib kakek 70 tahun ini. 47 tahun Kakek Ahmad tinggal di jalanan sebagai tukang becak. Demi Anak semata wayangnya yang tengah menempuh pendidikan kelas 1 SMA, Pak Ahmad mengadu nasib pergi meninggalkan Kampung halamannya di Jombang ke Surabaya untuk mengais rezeki. Istrinya sudah lama meninggal dunia karena menderita Kanker Anus.
Sejak tahun 1973 kakek memulai pekerjaannya mengayuh becak di Kota Surabaya. Selama merantau, ia tidak mampu mengontrak sepetak rumah, karena untuk makan saja sangat sulit apalagi harus membayar sewa kontrakan. Jadi untuk tidur dan ganti baju pun cukup di becak tua nya dengan mencari tempat yang aman.
Kakek Ahmad juga jarang pulang kampung, karena ketika mau pulang beliau harus mengumpulkan uangnya dulu. Di tengah dinginnya malam dan panas terik matahari ia berjuang bertahan hidup di becak lusuhnya.

Bahkan yang lebih memilukan, ketika beliau diterpa sakit pun, Kakek harus tetap bekerja untuk mendapatkan sesuap nasi dan beristirahat pun hanya di becaknya. Dibawah panas terik matahari, Kakek Ahmad mengayuh becak tua nya sambil menahan lapar dengan perut keroncongan.
“Kadang sudah gak kuat ngayuh, tapi inget anak dirumah,” ujarnya sambil bergetar karena belum makan.

Kedinginan dan kepanasan seperti menjadi teman setia nya di tengah kesulitan yang semakin menyiksanya. Cucuran peluh yang membasahi dahi keriputnya seakan tidak menyiapkan waktu untuk menggerutu apa pun yang terjadi di hadapannya, ia bertekad untuk tidak pernah berhenti mencari nafkah.
Karena di kampung halamannya ada anak semata wayangnya yang menanti kepulangannya. Kakek Ahmad seolah tak mengenal kata getir dalam kamus hidupnya, setiap hari ia menawarkan becak kepada orang-orang yang lewat di hadapannya. “Becak, ayo becak” kata dia di tengah kegaduhan jalan raya.

Sesekali suaranya berlomba dengan bising klakson dan sering berebut dengan Ojek Online jadi sudah sangat susah sekali mendapatkan penumpang. Matanya menatap kosong di tengah keramaian jalan raya, Sesekali matanya terpejam, merasakan semilir angin yang membuatnya mengantuk.
Ia tak putus asa untuk terus menawarkan jasanya. Padahal, dari pagi sampai siang, pak Achmad belum mendapatkan satupun penumpang. Dalam sehari biasanya Kakek Ahmad, mengantongi uang 20.000, itupun jika ada penumpang, jika tidak maka beliau harus menahan lapar.

“Kadang gak ada penumpang, Bapak bingung gimana kasih makan Anak Bapak”
Di usia yang tak lagi muda tentu Kakek Ahmad menginginkan kehidupan yang layak, dikelilingi keluarga yang sayang dan mau merawat nya. Namun tak semua orang bisa beruntung merasakan hal itu. Banyak diluar sana lansia yang tak bisa beristirahat dengan layak karena kondisinya yang miskin.
#pejuangkebaikan, seorang ayah memang rela melakukan apapun demi anaknya bisa bertahan hidup, meski harus mengorbankan dirinya sendiri. Begitulah yang dilakukan Kakek Ahmad yang bertaruh nyawa demi sesuap nasi untuk anak di kampung halamannya.
Mari bantu temani perjuangan Kakek Ahmad bisa hidup layak di masa senjanya
Disclaimer:
Fundrising ini merupakan bagian dari program bantuan biaya hidup yang mana penghimpunannya akan di salurkan untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dhuafa. Dana yang terhimpun akan di salurkan untuk Keluarga Kakek Ahmad dan keluarga dhuafa lainnya.
WA/SMS/CALL : Admin (0813-1255-7811) / (0821-3211-5439)
Belum ada Fundraiser
Ayo jadi bagian dari #JembatanKebaikan dengan membagikan program ini
Berita Terbaru
Belum ada berita
Lembaga belum membuat berita terbaru
Donatur
Lihat SemuaHamba Allah
4 tahun yang lalu
Rp 5.000
Hamba Allah
4 tahun yang lalu
Rp 5.000
Hamba Allah
4 tahun yang lalu
Rp 5.000