“Saya bilang ke istri dan anak-anak, kita harus selalu berdo'a, dekatkan diri pada Allah. Yakin Allah pasti akan kasih rezeki terbaik untuk kita,” – Pak Tasdan, tukang pijat tunanetra
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/sahabatpedalaman/public/campaign/y2Xkp2qc93MQ.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; margin-bottom: 16px; width: initial !important;" data-image="721r7v5i9rob"></figure>
Terharu rasanya ketika melihat keluarga kecil Pak Tasdan. Walau hidup sederhana, tapi Pak Tasdan selalu mengajari keluarganya untuk taat beribadah.
Mereka rajin pergi ke masjid untuk melaksanakan salat berjamaah. Syukron, anak Pak Tasdan selalu menuntunnya ketika berjalan. Syukron ingin selalu menjaga ayahnya yang tunanetra.
Tidak hanya salat berjamaah, Pak Tasdan juga selalu membimbing keluarganya untuk tilawah bersama.
Semua itu Pak Tasdan lakukan karena ia ingin keluarganya tetap memiliki pegangan agama yang kuat ketika menghadapi ujian kehidupan.
Ya, keluarga kecil ini memang tidak merasakan kehidupan seperti keluarga lainnya.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/sahabatpedalaman/public/campaign/rDdB7gxhl1Qd.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; margin-bottom: 16px; width: initial !important;" data-image="wyj3bota2xon"></figure>
Mereka tidak punya rumah. Keluarga Pak Tasdan hidup berpindah-pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya.
Mereka tinggal di Dusun Kekeri, Desa Kekeri, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
Mereka hidup di kontrakan kecil, perabotan seadanya, bahkan tidak ada kasur. Ditambah lagi, biaya kontrakan terbilang mahal dan menjadi kendala untuk Pak Tasdan.
Tidak hanya masalah rumah yang Pak Tasdan perjuangkan, ia juga berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya.
Demi memenuhi kebutuhan keluarganya, Pak Tasdan menawarkan jasa pijat sesuai panggilan. Namun, penghasilannya hanya Rp50.000 setiap sekali memijat. Itu pun sudah susah sekarang semenjak pandemi datang.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/sahabatpedalaman/public/campaign/dKSQzgGAuuiT.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; margin-bottom: 16px; width: initial !important;" data-image="999qwzm35k91"></figure>
Padahal, biaya kontrakan rumah 500.000/bulan, belum ditambah dengan kebutuhan sehari-hari, dan membiayai sekolah anak-anaknya.
“Upah saya memang tidak besar, Pak. Tapi, ini kemampuan yang saya miliki supaya bisa tetap hidup,” ujar Pak Tasdan.
“Ya memang susah Pak dengan kondisi buta begini. Tapi, saya ingin keluarga saya hidup sejahtera dan nyaman,” ungkap Pak Tasdan.

Sahabat Baik, mari kita bantu perjuangan Pak Tasdan untuk bisa menyejahterakan kehidupan keluarganya.

Tukang Pijat Tunanetra Berjuang Demi Keluarga

“Saya bilang ke istri dan anak-anak, kita harus selalu berdo'a, dekatkan diri pada Allah. Yakin Allah pasti akan kasih rezeki terbaik untuk kita,” – Pak Tasdan, tukang pijat tunanetra

Terharu rasanya ketika melihat keluarga kecil Pak Tasdan. Walau hidup sederhana, tapi Pak Tasdan selalu mengajari keluarganya untuk taat beribadah.
Mereka rajin pergi ke masjid untuk melaksanakan salat berjamaah. Syukron, anak Pak Tasdan selalu menuntunnya ketika berjalan. Syukron ingin selalu menjaga ayahnya yang tunanetra.
Tidak hanya salat berjamaah, Pak Tasdan juga selalu membimbing keluarganya untuk tilawah bersama.
Semua itu Pak Tasdan lakukan karena ia ingin keluarganya tetap memiliki pegangan agama yang kuat ketika menghadapi ujian kehidupan.
Ya, keluarga kecil ini memang tidak merasakan kehidupan seperti keluarga lainnya.

Mereka tidak punya rumah. Keluarga Pak Tasdan hidup berpindah-pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya.
Mereka tinggal di Dusun Kekeri, Desa Kekeri, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
Mereka hidup di kontrakan kecil, perabotan seadanya, bahkan tidak ada kasur. Ditambah lagi, biaya kontrakan terbilang mahal dan menjadi kendala untuk Pak Tasdan.
Tidak hanya masalah rumah yang Pak Tasdan perjuangkan, ia juga berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya.
Demi memenuhi kebutuhan keluarganya, Pak Tasdan menawarkan jasa pijat sesuai panggilan. Namun, penghasilannya hanya Rp50.000 setiap sekali memijat. Itu pun sudah susah sekarang semenjak pandemi datang.

Padahal, biaya kontrakan rumah 500.000/bulan, belum ditambah dengan kebutuhan sehari-hari, dan membiayai sekolah anak-anaknya.
“Upah saya memang tidak besar, Pak. Tapi, ini kemampuan yang saya miliki supaya bisa tetap hidup,” ujar Pak Tasdan.
“Ya memang susah Pak dengan kondisi buta begini. Tapi, saya ingin keluarga saya hidup sejahtera dan nyaman,” ungkap Pak Tasdan.

Lembaga Filantropi yang berfokus membantu dan memberdayakan masyarakat di Pedalaman Indonesia

Tukang Pijat Tunanetra Berjuang Demi Keluarga

Info Lembaga

Tentang program

Berita Terbaru

Donatur