Hidup sendiri, kedua mata tidak bisa lihat, dan keterbelakangan mental. Itulah kehidupan yang harus dijalani oleh Pak Rohim, penyandang disabilitas asal Jawa Timur.Orang tuanya sudah meninggal sejak ia kecil. Sekarang demi bisa bertahan hidup, Pak Rohim bekerja sebagai buruh tani serabutan.<img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/sahabatpedalaman/public/campaign/wDZEjCDRaehv.jpg">Pak Rohim bukannya tidak ingin pekerjaan yang lebih baik. Namun dengan kondisinya, siapa yang mau memberinya pekerjaan?Padahal Pak Rohim berharap sekali bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Ia juga tidak pernah mau meminta-minta ataupun mengharap belas kasihan orang lain.Setiap hari Pak Rohim mencangkul, memetik cabe, dan mencabut rumput di sawah. Upahnya hanya 20.000 per hari.<img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/sahabatpedalaman/public/campaign/29DEY9ofyeZl.jpg">Seringkali upah sebesar itu tidak cukup untuk kebutuhannya. Tak terhitung berapa kali Pak Rohim harus menahan lapar karena tidak bisa membeli kebutuhan pokok.Kesabaran Pak Rohim dalam menjalani hidup tidak hanya sebatas pada perjuangannya bertahan dari hari ke hari, tapi ia juga harus tinggal di rumah yang tidak layak.<img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/sahabatpedalaman/public/campaign/J4PMDz0ufXKf.jpg">Rumah Pak Rohim rawan tergenang air jika hujan turun. Bahkan sebagian tembok rumahnya harus dilapisi plastik supaya air hujan tidak terlalu membasahinya ketika berada di dalam rumah.Sahabat Baik, meski terlihat tegar, tapi terkadang Pak Rohim menangis atas ujian yang diterima. Tidak ada kerabat yang membantunya, karena ia hidup sebatang kara.Maukah Sahabat Baik ikut bantu temani perjuangan Pak Rohim? Klik tombol donasi di bawah untuk bantu perjuangannya.

Sahabat, yuk temani perjuangan Pak Rohim!

Bantu Pak Rohim (35 Tahun), Difabel Asal Pelosok Banyuwangi

Hidup sendiri, kedua mata tidak bisa lihat, dan keterbelakangan mental. Itulah kehidupan yang harus dijalani oleh Pak Rohim, penyandang disabilitas asal Jawa Timur.Orang tuanya sudah meninggal sejak ia kecil. Sekarang demi bisa bertahan hidup, Pak Rohim bekerja sebagai buruh tani serabutan.Pak Rohim bukannya tidak ingin pekerjaan yang lebih baik. Namun dengan kondisinya, siapa yang mau memberinya pekerjaan?Padahal Pak Rohim berharap sekali bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Ia juga tidak pernah mau meminta-minta ataupun mengharap belas kasihan orang lain.Setiap hari Pak Rohim mencangkul, memetik cabe, dan mencabut rumput di sawah. Upahnya hanya 20.000 per hari.Seringkali upah sebesar itu tidak cukup untuk kebutuhannya. Tak terhitung berapa kali Pak Rohim harus menahan lapar karena tidak bisa membeli kebutuhan pokok.Kesabaran Pak Rohim dalam menjalani hidup tidak hanya sebatas pada perjuangannya bertahan dari hari ke hari, tapi ia juga harus tinggal di rumah yang tidak layak.Rumah Pak Rohim rawan tergenang air jika hujan turun. Bahkan sebagian tembok rumahnya harus dilapisi plastik supaya air hujan tidak terlalu membasahinya ketika berada di dalam rumah.Sahabat Baik, meski terlihat tegar, tapi terkadang Pak Rohim menangis atas ujian yang diterima. Tidak ada kerabat yang membantunya, karena ia hidup sebatang kara.Maukah Sahabat Baik ikut bantu temani perjuangan Pak Rohim? Klik tombol donasi di bawah untuk bantu perjuangannya.

Lembaga Filantropi yang berfokus membantu dan memberdayakan masyarakat di Pedalaman Indonesia

Bantu Pak Rohim (35 Tahun), Difabel Asal Pelosok Banyuwangi

Info Lembaga

Tentang program

Berita Terbaru

Donatur