“Saya nggak mau ngemis dan dikasihani orang. Saya mau bekerja dan menafkahi anak istri saya dengan layak. Apapun yang masih bisa saya lakukan selagi halal, akan saya lakukan.” –Pak Rahmat, pedagang cilok disabilitas asal pedalaman NTB.<img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/sahabatpedalaman/public/campaign/nr4pnPdfPs45.jpg">Sejak lahir Pak Rahmat memiliki keterbatasan fisik yang membuatnya tidak bisa berjalan. Awalnya ia kesulitan karena tidak bisa melakukan aktivitas seperti teman-temannya. Namun seiring bertambahnya tahun, ia memilih untuk berdamai dengan keadaan dan ingin tetap bisa memanfaatkan yang ia miliki.<img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/sahabatpedalaman/public/campaign/64BJcrqcdFK1.jpg">Keinginannya untuk terus bermanfaat untuk sesama dapat dilihat dari bagaimana semangatnya menjadi guru ngaji bagi anak-anak di lingkungannya di tengah kesibukannya berjualan.&nbsp;Bagaimana tidak sibuk, dengan keterbatasan fisik itu Pak Rahmat yang membuat bakso cilok sendiri, menyiapkan dagangan, hingga menjualnya. Semua itu ia lakukan tanpa kenal lelah, demi menafkahi keluarga kecilnya.Pak Rahmat memiliki seorang istri dan dua orang anak yang harus dinafkahi. Anak-anaknya masih kecil, masih kelas 4 dan 6 SD.&nbsp;Kian hari, kebutuhannya kian banyak, sedangkan penghasilan rata-rata hariannya hanya berkisar Rp30-50 ribu dari keuntungan jualan.&nbsp;Itupun jika ramai pembeli.<img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/sahabatpedalaman/public/campaign/1qUBIqojmYIL.jpg">Meski dengan ketidakpastian penghasilan dan keterbatasan, Pak Rahmat tak pernah berhenti berusaha. Terlihat dari lututnya yang sering sakit karena terlalu sering berjalan merangkak di jalanan. Semua dilakukan demi tanggung jawabnya terhadap keluarga.Sahabat, Pak Rahmat berharap usahanya bisa lebih maju dan bisa menafkahi keluarganya dengan lebih layak.&nbsp;Mari kita bersamai perjuangan Pak Rahmat untuk keluarganya dengan memberi modal usaha untuknya.

Mari kita bersamai perjuangan Pak Rahmat untuk keluarganya dengan memberi modal usaha untuknya.

Pak Rahmat, Pedagang Cilok Disabilitas Asal Pedalaman NTB

“Saya nggak mau ngemis dan dikasihani orang. Saya mau bekerja dan menafkahi anak istri saya dengan layak. Apapun yang masih bisa saya lakukan selagi halal, akan saya lakukan.” –Pak Rahmat, pedagang cilok disabilitas asal pedalaman NTB.Sejak lahir Pak Rahmat memiliki keterbatasan fisik yang membuatnya tidak bisa berjalan. Awalnya ia kesulitan karena tidak bisa melakukan aktivitas seperti teman-temannya. Namun seiring bertambahnya tahun, ia memilih untuk berdamai dengan keadaan dan ingin tetap bisa memanfaatkan yang ia miliki.Keinginannya untuk terus bermanfaat untuk sesama dapat dilihat dari bagaimana semangatnya menjadi guru ngaji bagi anak-anak di lingkungannya di tengah kesibukannya berjualan.&nbsp;Bagaimana tidak sibuk, dengan keterbatasan fisik itu Pak Rahmat yang membuat bakso cilok sendiri, menyiapkan dagangan, hingga menjualnya. Semua itu ia lakukan tanpa kenal lelah, demi menafkahi keluarga kecilnya.Pak Rahmat memiliki seorang istri dan dua orang anak yang harus dinafkahi. Anak-anaknya masih kecil, masih kelas 4 dan 6 SD.&nbsp;Kian hari, kebutuhannya kian banyak, sedangkan penghasilan rata-rata hariannya hanya berkisar Rp30-50 ribu dari keuntungan jualan.&nbsp;Itupun jika ramai pembeli.Meski dengan ketidakpastian penghasilan dan keterbatasan, Pak Rahmat tak pernah berhenti berusaha. Terlihat dari lututnya yang sering sakit karena terlalu sering berjalan merangkak di jalanan. Semua dilakukan demi tanggung jawabnya terhadap keluarga.Sahabat, Pak Rahmat berharap usahanya bisa lebih maju dan bisa menafkahi keluarganya dengan lebih layak.&nbsp;Mari kita bersamai perjuangan Pak Rahmat untuk keluarganya dengan memberi modal usaha untuknya.

Lembaga Filantropi yang berfokus membantu dan memberdayakan masyarakat di Pedalaman Indonesia

Pak Rahmat, Pedagang Cilok Disabilitas Asal Pedalaman NTB

Info Lembaga

Tentang program

Berita Terbaru

Donatur