Kondisi Pak Maksum yang sakit diabetes dan paru semakin parah. Kakinya dipenuhi luka diabetes hingga berubah warna seperti menjadi gelap bak luka bakar, sementara tangannya mulai kaku. Ujian Pak Maksum dan istrinya tak sampai di situ, dua anaknya yang masih sekolah mulai mengadu bahwa mereka membutuhkan biaya untuk kebutuhan sekolah.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/bersamaquran/public/campaign/u8DzyEd93mJj.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; margin-bottom: 16px; width: initial !important;" data-image="bxjf5tymux0e"></figure>
Dari rumahnya yang terletak di Dusun Watu Lempit, Desa Kebun Rejo, Kec. Kalibaru Kab. Banyuwangi, Prov Jawa Timur, istrinya, Bu Nurhayati begitu setia merawat Pak Maksum, dan senantiasa memberikan semangat padanya. Sudah 10 bulan Pak Maksum terbaring sakit, namun dalam 4 bulan terakhir ini kondisinya semakin parah.
“Saya belum siap hidup sendiri, saya masih butuh suami untuk merawat anak-anak, semoga suami saya bisa segera sembuh,” ucap Bu Nurhayati
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/bersamaquran/public/campaign/pj6FQARWmvBj.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; margin-bottom: 16px; width: initial !important;" data-image="cxngu1fy8z16"></figure>
Luka di kaki Pak Maksum menjalar ke bagian samping lutut. Kini kondisinya sudah berlubang hingga sering mengeluarkan nanah, kulitnya pun mulai terkelupas perlahan. Pak Maksum merupakan seorang difabel, kaki sebelah kirinya bengkok. Kendati demikian, sebelum jatuh sakit ia masih bisa menafkahi keluarganya meskipun dengan upah yang tak menentu.
Melihat kondisi suaminya yang semakin memprihatinkan, Bu Nurhayati nekad membawa Pak Maksum ke rumah sakit yang jaraknya jauh karena rumah mereka terletak di daerah pelosok yang sulit akses. BPJS dan uang ongkos hasil pinjaman dari berbagai tempat jadi harapan satu-satunya.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/bersamaquran/public/campaign/yk874kfBbkNS.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; margin-bottom: 16px; width: initial !important;" data-image="sddagb5yl1zd"></figure>
Dokter mengatakan, Pak Maksum harus berobat seminggu sekali. Namun, Bu Nurhayati tidak sanggup memenuhi saran dokter. Upahnya yang tak seberapa dari hasil kerja sebulan empat kali saja, belum bisa menutupi biaya makan mereka sehari-hari, apalagi ongkos untuk ke rumah sakit. Padahal, jika tak rutin berobat kadar gula darah Pak Maksum akan naik dan penyakit parunya akan semakin parah hingga mengancam nyawa.
“Yang dibutuhin suami bukan cuma pengobatan, tapi harus makan yang bergizi juga supaya kadar gulanya gak naik,” cerita Bu Nuhayati
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/bersamaquran/public/campaign/qLCXYDqdA1av.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; margin-bottom: 16px; width: initial !important;" data-image="c8v6iebmzd3p"></figure>
Sobat Quran, mari bantu Pak Maksum sembuh agar bisa bangkit dan berdaya kembali demi keluarganya.

Sobat Quran, mari bantu Pak Maksum sembuh agar bisa bangkit dan berdaya kembali demi keluarganya.

Bantu Pak Maksum yang Meregang Nyawa Karena Diabetes dan Penyakit Paru Dapatkan Pengobatan

Kondisi Pak Maksum yang sakit diabetes dan paru semakin parah. Kakinya dipenuhi luka diabetes hingga berubah warna seperti menjadi gelap bak luka bakar, sementara tangannya mulai kaku. Ujian Pak Maksum dan istrinya tak sampai di situ, dua anaknya yang masih sekolah mulai mengadu bahwa mereka membutuhkan biaya untuk kebutuhan sekolah.

Dari rumahnya yang terletak di Dusun Watu Lempit, Desa Kebun Rejo, Kec. Kalibaru Kab. Banyuwangi, Prov Jawa Timur, istrinya, Bu Nurhayati begitu setia merawat Pak Maksum, dan senantiasa memberikan semangat padanya. Sudah 10 bulan Pak Maksum terbaring sakit, namun dalam 4 bulan terakhir ini kondisinya semakin parah.
“Saya belum siap hidup sendiri, saya masih butuh suami untuk merawat anak-anak, semoga suami saya bisa segera sembuh,” ucap Bu Nurhayati

Luka di kaki Pak Maksum menjalar ke bagian samping lutut. Kini kondisinya sudah berlubang hingga sering mengeluarkan nanah, kulitnya pun mulai terkelupas perlahan. Pak Maksum merupakan seorang difabel, kaki sebelah kirinya bengkok. Kendati demikian, sebelum jatuh sakit ia masih bisa menafkahi keluarganya meskipun dengan upah yang tak menentu.
Melihat kondisi suaminya yang semakin memprihatinkan, Bu Nurhayati nekad membawa Pak Maksum ke rumah sakit yang jaraknya jauh karena rumah mereka terletak di daerah pelosok yang sulit akses. BPJS dan uang ongkos hasil pinjaman dari berbagai tempat jadi harapan satu-satunya.

Dokter mengatakan, Pak Maksum harus berobat seminggu sekali. Namun, Bu Nurhayati tidak sanggup memenuhi saran dokter. Upahnya yang tak seberapa dari hasil kerja sebulan empat kali saja, belum bisa menutupi biaya makan mereka sehari-hari, apalagi ongkos untuk ke rumah sakit. Padahal, jika tak rutin berobat kadar gula darah Pak Maksum akan naik dan penyakit parunya akan semakin parah hingga mengancam nyawa.
“Yang dibutuhin suami bukan cuma pengobatan, tapi harus makan yang bergizi juga supaya kadar gulanya gak naik,” cerita Bu Nuhayati

Sobat Quran, mari bantu Pak Maksum sembuh agar bisa bangkit dan berdaya kembali demi keluarganya.

Indonesia Bersama Quran merupakan sebuah lembaga filantropi yang hadir untuk menciptakan kebahagiaan dengan menanamkan nilai-nilai Al-Quran demi kebaikan setiap individu di seluruh dunia, khususnya Indonesia. Kami yakin sekecil apapun kebaikan, apabila dilakukan bersama akan membawa dampak besar bagi kesejahteraan masyarakat.

Bantu Pak Maksum yang Meregang Nyawa Karena Diabetes dan Penyakit Paru Dapatkan Pengobatan

Info Lembaga

Tentang program

Berita Terbaru

Donatur