“Dulu mah warung teh penuh, sampai gerobak di depan warung juga ke isi. Tapi pas si Ua meninggal, masih ada isinya juga udah udah mending,” tutur Mak Mimi (87 tahun)

Saat kami temui di kediamannya di Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Mak Mimi lagi tiduran. Katanya abis baca Quran sama dzikir terus liat-liat kitab sama buku yang suka dibawa buat ngaji dulu. Mak Mimi bilang, dia udah gak bisa pergi ke majelis taklim karena kondisinya yang sudah sepuh. Gak ada orang juga yang nganter karena Ua Yeti (63 tahun), anak pertamanya harus jaga warung.

“Isinya sedikit juga, tetep warung mah harus dijaga. Soalnya dari mana lagi atuh neng, kalau gak ada warung mah gak akan bisa makan,” cerita Mak Mimi dengan Bahasa Sunda yang kental.

Keluarga Mak Mimi memang sedang diuji. Suami Ua Yeti yang selama ini jadi tulang punggung meninggal karena sakit. Alhasil tak ada lagi pemasukan bagi mereka, kecuali warung yang kian lama kian habis modalnya karena terbentur dengan kebutuhan sehari-hari.

Sementara itu, tanggungan dalam rumah tidaklah sedikit. Ada Mak Mimi yang sering sakit-sakitan karena sepuh, Ua Yeti dan anak perempuannya, lalu, keluarga kecil adiknya yang sedang terkena musibah karena sang suami terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pandemi. Mereka akhirnya pulang dan tinggal bersama Mak Mimi.

“Ya Neng, begini aja. Sedih kalau diliat juga, biasanya yang paling laku rokok. Sekarang mah mana, gak ada. Seadanya aja. Pembeli juga jadi balik lagi gara-gara yang serba kosong,” tutur Ua Yeti.

Sobat Quran, sedih banget kalau liat warungnya Ua Yeti. Isinya kosong, cuma tinggal jajanan anak-anak dan beberapa bumbu masakan. Padahal etalase dan kotak penyimpanan dagangan lengkap semua. Ua Yeti sama Mak Mimi dulu juga bisa jualan sampai depan rumah karena barang dagangan yang dijual lengkap dan juga laku.

Sobat Quran, yuk bantu isi warung Ua Yeti dan Mak Mimi, agar mereka bisa jualan lagi dan bisa menikmati masa tua dengan bahagia.

1. Klik “Donasi Sekarang”

2. Isi Nominalnya

3. Pilih Metodenya. Donasi bisa melalui GoPay.