
Urgent: Derita Pectus Exavatum, Bantu Furqon Operasi Tulang Rusuk Segera
Furqon berhak sembuh dan mempunyai masa depan yang lebih baik. Mari bantu keluarga Furqon mengumpulkan biaya untuk cangkok tulang rusuk.
Info Lembaga

Dompet Dhuafa Yogyakarta
Tentang program
Muhammad Furqon Nur Annas (6 tahun), anak ke 2 dari 3 bersaudara. Putra bapak Surmanto dan ibu Sapto Wulandari ini didiagnosa oleh dokter mengidap penyakit pectus excavatum dan masih membutuhkan perawatan/ pengobatan rutin di rumah sakit untuk evaluasi hasil MSCT Scan Thorax kontras.
Dampak dari penyakit yang dideritanya, Furqon mengalami kelainan pada tulang dadanya, dimana tulang dadanya masuk ke dalam. Penyakit ini sangat fatal karena dada menghimpit jantung yang bisa menyebabkan kebocoran katup jantung. Jika kambuh, dadanya akan terasa sakit, sesak nafas, bahkan untuk makan pun dada terasa sakit karena tekanan makanan.
“Sebelum operasi, anak saya sangat aktif, sehat, hanya saja setiap dia mau buang air besar selalu kesakitan dan harus menggunakan pencahar. Setelah operasi yang pertama, anak saya kondisinya memburuk, tidak bisa kentut, tidak bisa BAB, tidak bisa pipis, kesulitan untuk berjalan dan berat badannya turun kurang dari 10 kg.”- cerita sang ibu.
Furqon harus menggunakan kantong kolostomi setiap harinya. Dalam perawatannya, keluarga harus selalu berhati-hati karena sangat rawan infeksi.
“Anak saya juga sangat terbatas geraknya karena saat kecapekan dia akan merasakan sakit luar biasa pada dadanya karena jantung yang terhimpit oleh tulang dada. Jika dia duduk ingin berdiri dia tidak bisa langsung meluruskan badan karena dia akan merasakan sakit pada pinggangnya yang diakibatkan oleh ginjalnya yang bengkak.”-cerita sang ibu.
Furqon menjalani kontrol rutin di RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta sejak tahun 2016 hingga saat ini. Operasinya telah dilakukan belasan kali dan sudah beberapa kali pula masuk ke PICU karena kondisinya yang tiba-tiba drop entah saat operasi maupun saat dirumah.
Meskipun untuk berobat Furqon menggunakan jaminan kesehatan berupa BPJS dari Pemerintah. Namun banyak kebutuhannya yang tidak tercover oleh BPJS. Furqon membutuhkan susu medis Blenu***, kantong kolostomi, stoma powder, prontosan, alat untuk cangkok tulang rusuk yang harganya sangat mahal (1 alatnya 50 juta) dan keluarga tak mampu membelinya karena tidak ditanggung oleh BPJS, padahal itu sangatlah urgen menurut dokter.
Furqon berasal dari keluarga yang tidak mampu. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, keluarga Furqon hanya mengandalkan dari penghasilan sang ayah sebagai buruh bangunan dan ibu sebagai tukang pijat homecare. Penghasilan ayah Furqon 65.000 per hari, itupun jika ada yang membutuhkan bantuannya. Sedangkan penghasilan sang ibu 80.000 sehari jika ada yang menggunakan jasa pijatnya. Penghasilan tersebut masih sangat jauh dari kebutuhan Furqon yang harus segera menjalani operasi cangkok tulang rusuk. Apalagi keluarga masih mempunyai tanggungan membiayai kebutuhan kakak dan adik Furqon.
“Kami pernah sampai nekat naik sepeda ontel dari tempat tinggal kami di Imogiri sampai ke rumah sakit Sardjito karena tidak ada ongkos sama sekali. Saat itu, anak minta jajan pun kami tidak bisa membelikan. Akhirnya kami pulang sambil mencari rongsok untuk dijual agar bisa memenuhi keinginan anak kami. Kami pun sering sekali kesulitan untuk membeli kantong kolostomi dan terpaksa kami memakai plastik biasa yang mengakibatkan terjadi infeksi dan iritasi parah pada perutnya.” cerita sang ibu sambil menangis.
“Ya Allah, hamba pasrahkan semua hanya kepada-Mu. Kami sebagai orang tua hanya bisa berusaha yang terbaik untuk anak hamba. Hanya satu yang hamba minta, angkatlah penyakit anak hamba, sembuhkanlah ia, biarkan ia hidup sehat seperti anak-anak lainnya. Ya Allah, kabulkanlah doa hamba. Aamiin.” - doa sang ibu.
Belum ada Fundraiser
Ayo jadi bagian dari #JembatanKebaikan dengan membagikan program ini
Berita Terbaru
Belum ada berita
Lembaga belum membuat berita terbaru
Donatur
Lihat SemuaHamba Allah
2 tahun yang lalu
Rp 10.000
Hamba Allah
2 tahun yang lalu
Rp 10.000

Hamba Allah
2 tahun yang lalu
Rp 1.000