Jantung bocor membuat anak-anak ini terancam mengalami henti jantung kapan saja. Sayangnya, mereka tak bisa mendapatkan penanganan medis yang seharusnya karena keterbatasan biaya.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity: 1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; white-space: normal; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/bersamaquran/public/campaign/usLRYSBEX6fh.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity: 1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; margin-bottom: 16px; width: initial !important;" data-image="m9tk1wph0iqh"></figure>
Malang, Arsyil jadi salah satu di antaranya. Di usianya yang baru 7 tahun, ia harus bulak-balik ke rumah sakit hingga kehilangan masa kecilnya. Padahal, Arsyil juga ingin sekali bisa sekolah dan belajar seperti anak-anak sebayanya agar bisa menggapai cita-cita menjadi polisi dan penghafal quran.
Rangakaian pengobatan yang harus dilakukan secara rutin dan bahkan kadang mendadak, membuat ayahnya yang bekerja sebagai buruh harian kelimpungan mencari biaya ongkos berobat yang bahkan harus sampai lintas pulau. Sementara tangis ibunya semakin menjadi-jadi saat tau bahwa Arsyil harus menjalani operasi pemasangan cincin di jantungnya.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity: 1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; white-space: normal; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/bersamaquran/public/campaign/GVS2bk9qdSlA.jpeg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity: 1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; margin-bottom: 16px; width: initial !important;" data-image="73pb3985i838"></figure>
Ada juga Fatil yang sejak lahir harus bergelut dengan kelainan jantung bocor. Berat badannya terus turun, Fatil juga tak berhenti menangis karena rasa sakit. Sementara itu, ayahnya yang bekerja sebagai guru honorer masih berikhtiar penuh untuk mewujudkan pengobatan. Namun, upah guru honorer nyatanya tak seberapa dan hanya cukup untuk digunakan makan sehari-hari saja. Apalagi, mereka membutuhkan ongkos yang besar ke rumah sakit dari rumah mereka yang berada di pedalaman NTT.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity: 1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; white-space: normal; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/bersamaquran/public/campaign/CsqX4I8SjgXm.jpeg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity: 1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; margin-bottom: 16px; width: initial !important;" data-image="ztrpw94ip25a"></figure>
Punya kisah serupa, Herlina juga tengah berjuang untuk sembuh dari jantung bocor. Kondisi yang semakin parah, membuat Herlina hanya bisa terbaring lemah. Ibunya, Bu Suharni, tidak bisa membawa Herlina berobat rutin. Karena, sebagai buruh harian lepas, Bu Suharni tidak bisa setiap hari bekerja dan mendapatkan uang. “Buat makan aja masih susah banget,” ucap Bu Suharni menahan air mata.
Sobat, betapa malangnya kisah perjuangan Arsyil, Fatil, dan Herlina. Di luar sana juga masih banyak anak-anak lain dengan kondisi seperti mereka. Nyawa mereka terancam, karena jantung mereka bisa berhenti kapan saja. Kita ulurkan tangan untuk membantu mereka sembuh dari jatung bocor, yuk!

Kita ulurkan tangan untuk membantu mereka sembuh dari jatung bocor, yuk!

Nyawa Terancam, Bantu Anak-Anak Pejuang Jantung Bocor Sembuh

Jantung bocor membuat anak-anak ini terancam mengalami henti jantung kapan saja. Sayangnya, mereka tak bisa mendapatkan penanganan medis yang seharusnya karena keterbatasan biaya.

Malang, Arsyil jadi salah satu di antaranya. Di usianya yang baru 7 tahun, ia harus bulak-balik ke rumah sakit hingga kehilangan masa kecilnya. Padahal, Arsyil juga ingin sekali bisa sekolah dan belajar seperti anak-anak sebayanya agar bisa menggapai cita-cita menjadi polisi dan penghafal quran.
Rangakaian pengobatan yang harus dilakukan secara rutin dan bahkan kadang mendadak, membuat ayahnya yang bekerja sebagai buruh harian kelimpungan mencari biaya ongkos berobat yang bahkan harus sampai lintas pulau. Sementara tangis ibunya semakin menjadi-jadi saat tau bahwa Arsyil harus menjalani operasi pemasangan cincin di jantungnya.

Ada juga Fatil yang sejak lahir harus bergelut dengan kelainan jantung bocor. Berat badannya terus turun, Fatil juga tak berhenti menangis karena rasa sakit. Sementara itu, ayahnya yang bekerja sebagai guru honorer masih berikhtiar penuh untuk mewujudkan pengobatan. Namun, upah guru honorer nyatanya tak seberapa dan hanya cukup untuk digunakan makan sehari-hari saja. Apalagi, mereka membutuhkan ongkos yang besar ke rumah sakit dari rumah mereka yang berada di pedalaman NTT.

Punya kisah serupa, Herlina juga tengah berjuang untuk sembuh dari jantung bocor. Kondisi yang semakin parah, membuat Herlina hanya bisa terbaring lemah. Ibunya, Bu Suharni, tidak bisa membawa Herlina berobat rutin. Karena, sebagai buruh harian lepas, Bu Suharni tidak bisa setiap hari bekerja dan mendapatkan uang. “Buat makan aja masih susah banget,” ucap Bu Suharni menahan air mata.
Sobat, betapa malangnya kisah perjuangan Arsyil, Fatil, dan Herlina. Di luar sana juga masih banyak anak-anak lain dengan kondisi seperti mereka. Nyawa mereka terancam, karena jantung mereka bisa berhenti kapan saja. Kita ulurkan tangan untuk membantu mereka sembuh dari jatung bocor, yuk!

Indonesia Bersama Quran merupakan sebuah lembaga filantropi yang hadir untuk menciptakan kebahagiaan dengan menanamkan nilai-nilai Al-Quran demi kebaikan setiap individu di seluruh dunia, khususnya Indonesia. Kami yakin sekecil apapun kebaikan, apabila dilakukan bersama akan membawa dampak besar bagi kesejahteraan masyarakat.

Nyawa Terancam, Bantu Anak-Anak Pejuang Jantung Bocor Sembuh

Info Lembaga

Tentang program

Berita Terbaru

Donatur