Kaca jendelanya sudah pada pecah, genting bergeser dan berjatuhan karena angin, hujan masuk ke dalam ruangan dengan bebas membasahi lantai, para santri terpojok di sudut ruangan kecil itu berusaha menghindari hujan dengan tubuh kecil mereka.

Tapi apa boleh buat, malam ini, mereka tetap harus tidur di sini.

Ini bukan adegan dramatis sebuah drama di televisi, keadaan TPQ An-Nur yang berada di Desa Bojong Kasih, Cianjur ini memang semengenaskan itu.

“Saya Muhammad Sholehudin, saya kelahiran Cilegon…Kegiatan saya bertani dan kerja serabutan lainnya, Alhamdulillah Allah memberi rezeki yang cukup dari pekerjaan-pekerjaan tersebut untuk keluarga saya. Disamping itu, Saya ditugaskan oleh guru dari kampung untuk menyebarkan syariat Islam di Pedalaman Cianjur ini…” ucap Pak Sholeh, yang kini seorang diri berusaha membangun kembali dan memperbaiki TPQ ini seorang diri dengan bantuan bahan material dari teman di Sumedang.

Lima tahun lalu TPQ ini dibangun. Pembangunan ini sangat didukung oleh masyarakat sekitar yang kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang kecil ini. Rupanya tidak hanya anak-anak dari Desa Bojong kasih yang mengenyam pendidikan di sini, tapi juga dari desa-desa sekitar. Tidak heran, TPQ ini adalah satu-satunya di sekitar sana. Butuh perjalanan 4-5 KM untuk mencapai TPQ lainnya.

Bukan hanya memiliki banyak santri, tapi TPQ ini juga hanga memiliki 1 ruangan yang dipakai untuk berbagai kelas dan dua saja pengajar sukarela. Ruangan ini sampai tak cukup menampung semua santrinya lagi.

Saat waktu shalat tiba, para santri mengantre di tempat berwudhu yang berlumpur di dasarnya. Jika tidak hati-hati, lumpurnya bisa naik dan tercampur dengan air wudhu para santri cilik ini. Setelah Isya, para santri cilik tidur di TPQ ini, menanti Shalat Subuh berjamaah. Sialnya, kaca jednela yang sudah pecah ini membuat ruangan menjad sangat dingin bagi tubuh kecil mereka. Bahkan TPQ ini tidka memiliki MCK.

Tak ada yang mendengarkan

Para pengajar dan warga telah berkali meminta bantuan kepada perangkat desa, tapi taka da respon ataupun bantuan sedikitpun dari mereka. Lantas, mereka memperbaiki kebocoran-lebocoran di dinding maupun di gentengnya dengan bahan-bahan bekas.

Sahabat, bersediakah Sahabat jadi pahlawan yang selamatkan mimpi 80 Santri cilik ini untuk menjadi insan pemimpin yang berpengetahuan tentang Agama Islam?