“Upah saya gak cukup kalau harus bangun rumah, Pak. Kalau hujan, terpaksa kami basah-basahan di dalam rumah,” ucap Pak Harsa.

Pak Harsa (43 tahun) dan keluarga kecilnya tinggal di Kampung Bong, RT 005, RW 003, Dusun Golo Lantar, Desa Golo Ngawang, Kec. Congkar, Keb. Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur.

Ia bersama istri dan tiga orang anaknya tinggal di sebuah rumah kecil berdinding bambu dan beratap seng.

Kini, dinding rumah yang hanya terbuat dari bambu itu sudah lapuk dan atap sengnya sudah banyak berlubang. Jika hujan turun, airnya akan membasahi bagian dalam rumah.

Pak Harsa berharap ia bisa membangun rumah yang lebih layak untuk keluarga kecilnya. Namun, upahnya sebagai buruh hanya Rp40.000 per hari. Upah yang tidak seberapa itu sulit untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

“Bayar sekolah anak-anak saja sulit, kadang sampai ngutang. Gimana mau bangun rumah, Pak?” ujar Pak Harsa.

Pak Harsa pantang menyerah meski ia kesulitan ekonomi. Dibantu anak pertamanya, ia terus bekerja keras.

"Anak pertama saya putus kuliah supaya bisa bantu adik-adiknya sekolah, Pak," kata Pak Harsa.

Tidak hanya bekerja sebagai buruh, Pak Harsa juga menjadi marbot masjid di desanya. Walau jarak yang jauh dan tubuhnya yang mulai sakit-sakitan, ia tetap berupaya merawat Rumah Allah itu.

"Kalau tidak ada saya, tidak ada yang membersihkan masjid Pak," lanjut Pak Harsa

Sahabat, perjuangan Pak Harsa begitu luar biasa. Walau kesulitan ekonomi, ia tidak pernah berhenti berusaha. Tetap bekerja maupun menjadi marbot masjid.