Bagaimana jika kehadiran buah hati yang membahagiakan, justru menjadi sebuah kesedihan yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Hal ini terjadi pada orang tua pada bayi dengan hidrosefalus di pedalaman. 

Bukan hanya sedih karena kesehatan anak mereka yang terancam tapi juga sedih, karena tak banyak yang mereka bisa lakukan untuk mengobati penyakit yang dialami oleh anak mereka sejak lahir. Faktor utama adalah masalah biaya dan akses pengobatan yang sulit dijangkau. Segala acara telah coba mereka lakukan, tapi biaya yang harus dibayar tak sebanding dengan penghasilan yang didapatkan.

Hal ini dialami oleh Pak Sujud dan Bu Yusleni, 3 tahun sudah mereka memperjuangkan kesehatan Fariz yang alami 3 penyakit sekaligus. Sejak lahir Fariz mengidap hidrosefalus yang menyebabkan kepalanya terus membesar, epilepsi yang memicu kejang-kejang, serta spina bifida yang mengakibatkan cacat pada tulang belakang. 

Penghasilan Pak Sujud sebagai kuli bangunan tak lagi cukup untuk membawa Fariz rutin kontrol berobat ke rumah sakit. Padahal kata dokter Fariz harus menjalani pengobatan dan terapi intensif agar bisa kembali tumbuh.

Sementara itu, orang tua Arsya harus memendam rasa bersalah karena tak bisa membawa Arsya berobat ke rumah sakit. Saat ini, tubuh Arsya terkulai lemas dengan kepala yang terus membesar akibat akibat hidrosefalus. Penghasilan ayahnya dari kerja serbautan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.

“Akhir-akhir ini, Arsya sering demam tinggi. Saya biasanya hanya bisa bawa ke klinik dengan ongkos seadanya,” ucap Ibunda Arsya

Mereka hanya sebagian dari anak-anak di pedalaman yang harus berjuang dari hodrosefalus dengan segala keterbatasan yang ada. Penyakit mereka bisa saja mengancam masa depan bahkan menyebabkan kematian.

Sahabat baik, jangan biarkan senyuman dan masa depan anak-anak dengan hodrosefalus hilang begitu saja. Bantu dan selamatkan mereka sekarang juga!

Klik Donasi Sekarang untuk berdonasi