Hampir seluruh daerah yang ada di Indonesia memanfaatkan air dari sumur untuk keperluan sehari-hari. Mulai dari air minum, mengolah makanan, air mencuci baju, mandi, energi, pertanian dan keperluan lainnya.

Jika ditinjau dari ketinggiannya, Kabupaten Klaten terdiri dari dataran dan pegunungan yang berada pada ketinggian bervariasi. Tidak hanya dirasakan warga lereng Gunung Merapi, tapi merambah ke permukiman di daerah perbukitan. Ngasinan merupakan salah satu desa di klaten dengan kondisi memprihatinkan daerah bebatuan kapur perbukitan, hal itulah yang membuat masyarakat desa dan santri di desa ngasinan terdampak kesulitan mendapatkan air bersih layak konsumsi. Sudah puluhan tahun warga dan santri desa ngasinan bertahan hidup dengan mengkonsumsi air sumur yang mengandung zat kapur berlebih dan sangat keruh.

Rata-rata pekerjaan mayarakat dukuh ngasinan sebagian besar menjadi buruh, dengan harapan bekerja agar bisa memperbaiki ekonomi keluarga. Di desa Ngasinan juga terdapat ratusan anak-anak santri yang setiap hari belajar menghafal Al-Quran, berharap kelak bisa menjadi orang sukses dan bisa membangun desanya. Namun apadaya, permasalah kesulitan air bersih di desa ini tidak bisa dihindari. Banyak sekali kebutuhan air yang seharusnya terpenuhi. Karena minimnya akses air bersih warga dan anak-anak santri di desa Ngasinan pun minum seadanya.

Sumur tersebut merupakan satu satunya yang diandalkan warga dan para santri. Meski kadang air yang ada di sumur sudah dangkal dan keruh. Warga dan santri tetap membutuhkan air tersebut untuk kebutuhan sehari-hari, seperti mencuci, berwudhu bahkan untuk dikonsumsi. Padahal apabila penggunaan jangka panjang air sumur yang payau dan mengandung kapur juga dapat memicu berbagai macam gangguan kesehatan dan timbulnya bermacam penyakit bagi tubuh yang mengkonsumsinya. Salah satu kasusnya dari kondisi tersebut mengakibatkan salah satu warga di daerah Ngasinan yang menderita sakit batu empedu, yakni Bu Surati. Beliau mengonsumsi air sudah sejak lama. Karena tidak ada sumber air lagi yang bisa diandalkan, kebutuhan air merupakan yang utama. Hingga warga mengeluh bahwa untuk mendapatkan air saja susah, mereka harus menyalakan keran seharian penuh. Tapi yang didapat hanya satu ember saja. Itupun untuk beragam kebutuhan.

Di Desa Ngasinan kurang lebih ada 250 KK dan 100 santri yang bergantung pada air sumur yang tak layak konsumsi tersebut. Warga desa dan santri sangat membutuhkan air agar tidak tercemar dengan zat berbahaya. Selain sulitnya akses air bersih mereka juga tetap mengkonsumsi air yang tak layak dari air sumur payau. Bahkan untuk kegiatan beribadah santri juga kekurangan air. Sedangkan untuk kebutuhan konsumsi mereka terpaksa untuk membeli di salah satu warga yang menjual air bersih. Parahnya lagi, jika musim kemarau sering kali sumur menjadi kering.

Melihat kondisi tersebut. InsyaAllah tim ACT Klaten akan memberikan tabung dengan filterisasi air agar warga bisa mendapatkan air bersih yang layak konsumsi. Agar mereka bisa mengkonsumsi air dengan layak. Sahabat dermawan, yuk bantu mudahkan warga dan santri desa Ngasinan dengan sedekahterbaikmu melalui laman aksi ini. Aksi Cepat Tanggap Klaten mengajak sahabat dermawan untuk ikut andil dalam program filterisasi air bersih guna mewujudkan kebutuhan air bersih layak konsumsi bagi para santri penghafal Al-Quran, pemberi ilmu, dan warga sekitarnya. InsyaAllah, dengan adanya program kebaikan di desa Ngasinan, dapat menghasilkan sumber air yang sangat bermanfaat bagi para santri dan para warga sekitar tentunya.