<figure><img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/R7dqYJYTHwwOyk4syfE3YFJNsDvLdk3m23oJnIOJ.jpg?ar=16:9&w=720&auto=format,compress" data-image="R7dqYJYTHwwOyk4syfE3YFJNsDvLdk3m23oJnIOJ.jpg"></figure>
 Disebuah rumah kontrakan kecil senantiasa terdengar tangisan wanita paruh baya sambil melantunkan ayat suci Al-Qur'an dengan menahan rasa sakit yang tiada tara.
Beliau adalah ibu Siti hindasyah (50 tahun) ibu paruh baya yang sehari-hari berprofesi sebagai guru ngaji yang memiliki benjolan di payudaranya.
Entah penyakit apa yang dideritanya, benjolan tersebut terus menimbulkan rasa sakit yang tiada tara.
"Boro-boro untuk berobat, untuk makan pun susah Pak. Setiap kali saya merasakan sakit, saya hanya bisa buka Al-Qur'an untuk meringankan rasa sakit itu dirumah."~ ungkap Bu Siti<figure><img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/MISbTzLJ4cWL09KeD36UWhfID8NWPdR7PQ2DsWAe.jpg?ar=16:9&w=720&auto=format,compress" data-image="MISbTzLJ4cWL09KeD36UWhfID8NWPdR7PQ2DsWAe.jpg"></figure>
Ditengah keterbatasannya saat ini, dan rasa sakit yang dideritanya. Bu Siti masih terus berjuang dari pagi sampai malam untuk dapat bertahan hidup.<figure><img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/HZH1Sn7SRDEUgp1SbPX4veMvpGXnMBbUqS3n1f28.jpg?ar=16:9&w=720&auto=format,compress" data-image="HZH1Sn7SRDEUgp1SbPX4veMvpGXnMBbUqS3n1f28.jpg"></figure>
Sejak matahari terbit dipagi hari Bu Siti memulai aktivitasnya dengan berjualan nasi kuning didepan rumah kontrakannya sampai siang hari. Disambung sore hari mengajar anak-anak untuk mengaji di masjid terdekat.<figure><img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/MvisYmqubKNIqZBlwI1pOa4zIZVhhzpksTkQ4ddK.jpg?ar=16:9&w=720&auto=format,compress" data-image="MvisYmqubKNIqZBlwI1pOa4zIZVhhzpksTkQ4ddK.jpg"></figure>
"Bukan tidak cape Pak, tapi saya harus bertahan hidup, saya tahan rasa sakit ini demi anak saya. Kalau sekarang saya tidak berjuang, siapa yang akan menafkahi anak saya? Dan uang dari mana saya harus membayar rumah kontrakan? Jika saya tidak bisa membayar rumah kontrakan, dimana saya harus tinggal?."~ungkap Bu Siti
Semenjak suaminya meninggal dunia, Ia tinggal seorang diri disebuah rumah kontrakan ukuran 2x3. Sementara anak semata wayangnya tinggal di pesantren.
Setiap hari ia terus berjuang mencari puing-puing rupiah dengan menahan rasa sakit yang tiada tara. Air matanya tak pernah berhenti membasahi pipi sambil melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Ditengah-tengah rasa sakit yang menderanya, beliau ingin sekali memiliki modal usaha yang layak agar lebih ringan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sahabat kebaikan, dengan menyisihkan sedikit rezeki yang kita miliki, kita bisa menemani Bu Siti untuk berobat dan memiliki modal usaha yang layak. Untuk itu, mari kita bantu Bu Siti agar bisa tersenyum.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk biaya pengobatan dan modal usaha ibu Siti. Selain itu, akan digunakan untuk penerima manfaat lainnya dibawah naungan Global Sedekah Movement.

Yuk Bantu perjuangan Bu Siti

Air Mata Guru Ngaji Di Kontrakan Sederhana


Disebuah rumah kontrakan kecil senantiasa terdengar tangisan wanita paruh baya sambil melantunkan ayat suci Al-Qur'an dengan menahan rasa sakit yang tiada tara.
Beliau adalah ibu Siti hindasyah (50 tahun) ibu paruh baya yang sehari-hari berprofesi sebagai guru ngaji yang memiliki benjolan di payudaranya.
Entah penyakit apa yang dideritanya, benjolan tersebut terus menimbulkan rasa sakit yang tiada tara.
"Boro-boro untuk berobat, untuk makan pun susah Pak. Setiap kali saya merasakan sakit, saya hanya bisa buka Al-Qur'an untuk meringankan rasa sakit itu dirumah."~ ungkap Bu Siti
Ditengah keterbatasannya saat ini, dan rasa sakit yang dideritanya. Bu Siti masih terus berjuang dari pagi sampai malam untuk dapat bertahan hidup.
Sejak matahari terbit dipagi hari Bu Siti memulai aktivitasnya dengan berjualan nasi kuning didepan rumah kontrakannya sampai siang hari. Disambung sore hari mengajar anak-anak untuk mengaji di masjid terdekat.
"Bukan tidak cape Pak, tapi saya harus bertahan hidup, saya tahan rasa sakit ini demi anak saya. Kalau sekarang saya tidak berjuang, siapa yang akan menafkahi anak saya? Dan uang dari mana saya harus membayar rumah kontrakan? Jika saya tidak bisa membayar rumah kontrakan, dimana saya harus tinggal?."~ungkap Bu Siti
Semenjak suaminya meninggal dunia, Ia tinggal seorang diri disebuah rumah kontrakan ukuran 2x3. Sementara anak semata wayangnya tinggal di pesantren.
Setiap hari ia terus berjuang mencari puing-puing rupiah dengan menahan rasa sakit yang tiada tara. Air matanya tak pernah berhenti membasahi pipi sambil melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Ditengah-tengah rasa sakit yang menderanya, beliau ingin sekali memiliki modal usaha yang layak agar lebih ringan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sahabat kebaikan, dengan menyisihkan sedikit rezeki yang kita miliki, kita bisa menemani Bu Siti untuk berobat dan memiliki modal usaha yang layak. Untuk itu, mari kita bantu Bu Siti agar bisa tersenyum.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk biaya pengobatan dan modal usaha ibu Siti. Selain itu, akan digunakan untuk penerima manfaat lainnya dibawah naungan Global Sedekah Movement.

Global Sedekah Movement adalah Lembaga independent yang menjadi jembatan kasih sayang antara para dermawan dengan para Mustahik dengan landasan amanah,  transparan dan profesionalisme untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri.

VISI
Mewujudkan lembaga sosial kemanusiaan terbaik di Indonesia dengan landasan amanah, transparan, dan profesionalisme.


MISI
1. Membangun opini umum indahnya berbagi

2. Menggulirkan program-program inovatif, solutif, dan berdaya guna sesuai dengan koridor syariah dalam menanggulangi berbagai macam problema sosial

3. Menjadi pendamping setia kaum dhuafa

4. Menghimpun, merumuskan, dan memperjuangkan kemandirian ekonomi dhuafa

5.Secara aktif melakukan komunikasi, silaturahmi, kerjasama dan perbaikan dengan berbagai kalangan untuk mengangkat harkat kaum dhuafa

Air Mata Guru Ngaji Di Kontrakan Sederhana

Info Lembaga

Tentang program

Berita Terbaru

Donatur