pembelian bahan material bangunan dan biaya operasional

Pencairan Dana Rp 524.203

“Dari kecil kami kami selalu memanfaatkan air hujan untuk kebutuhan sehari hari seperti mandi, mencuci, masak dan minum. Tidak ada sumber mata air di dusun kami. 
Jika musim kemarau tiba, kami terpaksa harus turun ke desa tetangga membeli air. Kira kira jaraknya 5 – 6 kilometer.”
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/insanbumimandiri/public/campaign/QY25Ay866Kc3.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; margin-bottom: 16px; width: initial !important;" data-image="09hmaw5v21i6"></figure>
Di pelosok Nusa Tenggara Barat, tepatnya di Dusun Penanggak, Desa Batulayar, Kecamatan Batulayar, Kabupaten Lombok Barat, hujan selalu dinantikan. Bagaimana tidak, air yang menjadi kebutuhan pokok bertumpu hanya pada air hujan.
Selama ini, mereka menampung air hujan menggunakan kolam terpal yang ditutupi seadanya. Sedih sekali karena tidak ada sumber air bersih sama sekali. Bahkan air yang ditampung bersama ini seringkali kotor dan ada jentik nyamuknya. Mengkhawatirkan karena malah bisa memicu penyakit.
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/insanbumimandiri/public/campaign/PgGxLCOymYfw.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; margin-bottom: 16px; width: initial !important;" data-image="f317icys2329"></figure>
<figure class="image" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; margin: 0px; color: rgba(0, 0, 0, 0.85); font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 500; letter-spacing: 0.14px; orphans: 2; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial;"><img src="https://5p4c3.sgp1.cdn.digitaloceanspaces.com/insanbumimandiri/public/campaign/WQlMUnvGauDP.jpg" style="box-sizing: border-box; border-width: 0px; border-style: solid; border-color: rgba(229,231,235,var(--tw-border-opacity)); border-image: initial; --tw-border-opacity:1; display: block; vertical-align: middle; max-width: 100%; height: initial !important; margin-bottom: 16px; width: initial !important;" data-image="525fmp170kdn"></figure>
Kalau tidak ada hujan, mereka terpaksa harus membeli air di desa tetangga yang jaraknya 5 – 6 kilometer. Padahal, para warga sendiri mengalami kesulitan ekonomi. Dari 174 kepala keluarga di warga Dusun Penanggak, mayoritas bekerja serabutan. 
Saat ini, warga Penanggak sangat membutuhkan alat untuk sterilisasi air hujan agar layak dikonsumsi. Kesehatan warga dari balita hingga lansia dikhawatirkan memburuk jika harus terus menerus mengonsumsi air yang ditampung berminggu-minggu itu.
Sahabat, mari kita upayakan kemudahan air bersih untuk warga Dusun Penanggak. 
---
Kantor Utama Insan Bumi Mandiri Komplek Setra Dago Jl. Setra Dago Barat No. 25, Antapani, Bandung (022) 205 251 84
SMS/WA Konfirmasi: 0813 2460 7225 0812 2145 114 0896 9900 1125

Orang Sholeh, mari kita upayakan kemudahan air bersih untuk warga Dusun Penanggak agar tak perlu lagi bergantung pada air hujan.

Selamatkan Dusun Penanggak yang Bertahan Hidup dengan Air Hujan

“Dari kecil kami kami selalu memanfaatkan air hujan untuk kebutuhan sehari hari seperti mandi, mencuci, masak dan minum. Tidak ada sumber mata air di dusun kami. 
Jika musim kemarau tiba, kami terpaksa harus turun ke desa tetangga membeli air. Kira kira jaraknya 5 – 6 kilometer.”

Di pelosok Nusa Tenggara Barat, tepatnya di Dusun Penanggak, Desa Batulayar, Kecamatan Batulayar, Kabupaten Lombok Barat, hujan selalu dinantikan. Bagaimana tidak, air yang menjadi kebutuhan pokok bertumpu hanya pada air hujan.
Selama ini, mereka menampung air hujan menggunakan kolam terpal yang ditutupi seadanya. Sedih sekali karena tidak ada sumber air bersih sama sekali. Bahkan air yang ditampung bersama ini seringkali kotor dan ada jentik nyamuknya. Mengkhawatirkan karena malah bisa memicu penyakit.


Kalau tidak ada hujan, mereka terpaksa harus membeli air di desa tetangga yang jaraknya 5 – 6 kilometer. Padahal, para warga sendiri mengalami kesulitan ekonomi. Dari 174 kepala keluarga di warga Dusun Penanggak, mayoritas bekerja serabutan. 
Saat ini, warga Penanggak sangat membutuhkan alat untuk sterilisasi air hujan agar layak dikonsumsi. Kesehatan warga dari balita hingga lansia dikhawatirkan memburuk jika harus terus menerus mengonsumsi air yang ditampung berminggu-minggu itu.
Sahabat, mari kita upayakan kemudahan air bersih untuk warga Dusun Penanggak. 
---
Kantor Utama Insan Bumi MandiriKomplek Setra DagoJl. Setra Dago Barat No. 25, Antapani, Bandung(022) 205 251 84
SMS/WA Konfirmasi:0813 2460 72250812 2145 1140896 9900 1125

Insan Bumi Mandiri merupakan sebuah lembaga filantropi yang bergerak untuk membangun pedalaman Indonesia timur. Kami selalu percaya, langkah kecil bersama Anda #SahabatPedalaman, akan menciptakan Jejak Kebaikan untuk saudara-saudara kita di pedalaman. Beragam persoalan, seperti akses transportasi, infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan bisa kita benahi bersama.

Selamatkan Dusun Penanggak yang Bertahan Hidup dengan Air Hujan

Info Lembaga

Tentang program

Berita Terbaru

Donatur