"Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang siapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang cukup." (HR. Abu Dawud)

---

Tak hanya dinaungi kemuliaan sebagai penuntut ilmu agama, santri adalah calon penggerak peradaban.

Merekalah para calon ulama, menyiarkan agama Islam yang lurus kepada umatNya di masa-masa yang semakin dekat dengan akhir zaman. Tak mudah perjalanan mereka untuk menempuh pendidikan; penuh dengan kesederhanaan dan perjuangan. Namun, sesungguhnya apa yang dikejar oleh para santri adalah harta warisan nabi yang amat berharga!

Kementerian Agama mencatat ada 26.973 pondok pesantren yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, dengan jumlah santri diperkirakan mencapai 18 juta. Angka yang sangat besar untuk membangun generasi masa depan yang jadi tumpuan penyebaran nilai-nilai Islam secara kaffah. Akan tetapi, kondisi para santri di tanah air penu keprihatinan. Kerap kali mereka hidup penuh keterbatasan. Demi menyelesaikan pendidikan, mereka harus tinggal berdesakan di asrama yang tak layak kondisinya. Mereka harus nyambi bekerja; entah bercocok tanam, berdagang, ataupun beternak, agar dapat hidup mandiri.

Melihat kondisi ini, insyaallah Aksi Cepat Tanggap menginisiasi program Bea Santri, yang berfokus pada pendidikan santri di negeri ini, sebagai sebuah ikhtiar dan upaya untuk melahirkan generasi berprestasi, bertaqwa dan calon pemimpin masa depan untuk mewujudkan peradaban umat yang lebih baik.

Siapa saja yang menjadi sasaran program ini?

Insyaallah, adik-adik yang mendapat bantuan Bea Santri ini adalah para santri yang berasal dari keluarga prasejahtera, santri berprestasi dari wilayah 3T (tertinggal, terluar, terjauh), santri yang tak mampu membayar biaya pendidikan, santri yang merupakan anak yatim atau yatim piatu, santri yang menjadi tulang punggung keluarga, santri di pondok pesantren yang serba terbatas, atau santri yang terdampak bencana alam.