Kuli bangunan, menjelma menjadi pahlawan pendidikan.
Sungguh mengagumkan perjuangan Ustadz Rahmat Hidayat. Di mata orang mungkin ia bukan siapa-siapa, hanya seorang kuli bangunan. Namun ia menjelma menjadi pahlawan karena tekadnya dalam membina anak-anak yatim dhuafa di pesantren Qur’an yang ia dirikan sendiri.
Pesantren itu bernama Miftahul Jamawie Al-Islamiyah, terletak di Kampung Babakan Panjang, Kab. Bandung. Dengan segala keterbatasan yang ada, pesantren ini sejak awal digratiskan untuk anak yatim dhuafa serta seluruh warga kampung yang ingin mengenal islam lebih dekat. 
<figure><img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/IZPuJvM8WCcfI1027ak0b78KMxsROjg0oOjTwLU3.jpg?ar=16:9&w=720&auto=format,compress" data-image="9i6kev93zae2"></figure>
Banyak pengorbanan yang telah Ustadz Rahmat berikan demi membesarkan pesantren ini. Contohnya saja, untuk membeli kayu pondasi pesantren ini, ia rela jual motor kesayangannya.
Untuk menampung jumlah santri yang banyak, ia pun rela berbagi rumah. Sampai-sampai, ia, sang istri, dan kedua anaknya yang masih kecil harus tidur di ruang tengah.
Santri yang tinggal pun semakin hari semakin bertambah saja karena Ustadz Rahmat begitu giat mengajak anak-anak jalanan yang terlibat pergaulan bebas untuk hijrah dan tinggal di pesantrennya.
Maka tak heran, kini pesantren ini sudah memiliki 71 santri, yang sehari-harinya mengandalkan Ustadz Rahmat dan donatur yang datang sesekali. 
<figure><img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/OxgLQ2YYzNtquWV0RRFq22AhI6us5efxU6Yq4M5U.jpg?ar=16:9&w=720&auto=format,compress" data-image="x75q9pnptipg"></figure>
Bangunan utama tempat santri belajar hanyalah rumah semi permanen. Tanpa dinding dan tak beratap. Jika terik, santri belajar di tengah sengat matahari. Jika hujan, santri terpaksa diliburkan.
Begitu pun dengan bangunan yang menjadi asrama santri mukim. Karena kurangnya dana untuk membangun asrama, Ustadz Rahmat tak pikir panjang menjadikan rumah sederhananya menjadi pondok bagi santri. Rumah 2 kamar dengan dinding kayu itu menjadi tempat beristirahat santri setelah seharian menghafal Quran. Belasan santri mengisi satu kamar berukuran 4x4 meter, tidur berdesak-desakan. 
<figure><img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/U1ZyynVJn8tlQy3xoh4fLdQ4CAUywisJ7PHSCys4.jpg?ar=16:9&w=720&auto=format,compress" data-image="ijvilgu0sj1g"></figure>
Kisah ini mungkin akan menjadi kisah tentang ustadz biasa yang sering kita baca. Namun, berbeda dengan Ustadz Rahmat. Ia adalah seorang yang berprofesi sebagai buruh bangunan, bahkan sering kerja serabutan sebagai buruh tani. Tetapi punya panggilan hati yang kuat untuk menjadi da’i penegak syiar agama bagi warga kampung.
Ustadz Rahmat tak kuasa melihat anak-anak kampungnya tidak begitu peduli terhadap pendidikan, baik pendidikan formal, maupun non-formal. Mayoritas orang tua mereka sibuk bekerja serabutan di sawah atau di pabrik.
Sebagai orang yang dulunya pernah menjadi santri, Ustadz Rahmat merasa memiliki tanggung jawab untuk tidak meninggalkan anak-anak ini sendirian. Akhirnya dengan penghasilan yang tak seberapa, ia dan istrinya berjuang mendirikan pesantren bagi anak-anak kampung, dhuafa dan yatim, bahkan tak jarang pemuda-pemuda geng motor menjadi santri beliau. 
<figure><img src="https://amalsholeh-s3.imgix.net/content/tcj2PwQZXYQZ4o5f0YSyvpVHuvg2qCTDUA8Up9kW.jpg?ar=16:9&w=720&auto=format,compress" data-image="xfww1r7y38d6"></figure>
Kini Ustadz Rahmat membutuhkan bantuan kita. Ia merasa khawatir jika santrinya harus terus belajar di atas bangunan kayu semi permanen tersebut. Lantainya sudah reot dan berderit, bukan tak mungkin jika suatu saat lantai itu bisa jeblos dan berbahaya bagi santri ke depannya. 
Asrama sekaligus rumah pribadi Ustadz Rahmat pun sudah mengkhawatirkan. Temboknya sudah lapuk dan kasur-kasur tipis yang digunakan berbarengan oleh belasan santri. Ustadz Rahmat dan istrinya tak ingin para santri berhenti belajar hanya karena bangunan pesantren yang mengkhawatirkan. Namun, beliau pun tak punya biaya untuk mempertahankan bangunan pesantrennya.
Ayo kita temani perjuangan Ustadz Rahmat! Bersama-sama, kita bangun pesantren Quran gratis untuk dhuafa dan yatim ini. Bersama, kita pertahankan perjuangan Ustadz Rahmat dan istri dalam menyeru syiar agama.
Ini adalah ladang investasi amal jariyah yang sangat luas! Insya Allah, setiap rupiah yang Sahabat Iman sedekahkan akan berbalas berkali-kali lipat, sebanyak kebaikan yang dilakukan para santri yang belajar dan menghafal Quran. 
“Sesungguhnya diantara amal kebaikan yang mendatangkan pahala setelah orang yang melakukannya wafat ialah ilmu yang disebarluaskannya, anak saleh yang ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya, masjid yang dibina, rumah yang dibina untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan. sungai yang dialirkannya untuk kepentingan orang banyak, dan harta yang disedekahkannya “(HR. Ibnu Majah).
Yuk Bantu Ustadz Rahmat pertahankan pesantren Qurannya!
<ol>
<li>Klik tombol “DONASI SEKARANG“</li>
<li>Pilih metode pembayaran </li>
<li>Masukan nominal sedekah terbaik</li>
</ol>
Bagikan cerita dan laman donasi ini! Ajak sanak-saudara, keluarga, teman dan tetangga untuk ikut bangun madrasah. Satu orang berbuat baik karena ajakan Sahabat Iman, satu pahala dan kebaikan sebagai balasan!

Menjadi Da’i sekaligus buruh bangunan. Tanggung jawab besar membina umat, tetapi tak punya cukup dana untuk membiayai dakwahnya.

Bantu Kuli Bangunan Pertahankan Rumah Quran Gratis untuk Yatim Dhuafa

Kuli bangunan, menjelma menjadi pahlawan pendidikan.
Sungguh mengagumkan perjuangan Ustadz Rahmat Hidayat. Di mata orang mungkin ia bukan siapa-siapa, hanya seorang kuli bangunan. Namun ia menjelma menjadi pahlawan karena tekadnya dalam membina anak-anak yatim dhuafa di pesantren Qur’an yang ia dirikan sendiri.
Pesantren itu bernama Miftahul Jamawie Al-Islamiyah, terletak di Kampung Babakan Panjang, Kab. Bandung. Dengan segala keterbatasan yang ada, pesantren ini sejak awal digratiskan untuk anak yatim dhuafa serta seluruh warga kampung yang ingin mengenal islam lebih dekat. 

Banyak pengorbanan yang telah Ustadz Rahmat berikan demi membesarkan pesantren ini. Contohnya saja, untuk membeli kayu pondasi pesantren ini, ia rela jual motor kesayangannya.
Untuk menampung jumlah santri yang banyak, ia pun rela berbagi rumah. Sampai-sampai, ia, sang istri, dan kedua anaknya yang masih kecil harus tidur di ruang tengah.
Santri yang tinggal pun semakin hari semakin bertambah saja karena Ustadz Rahmat begitu giat mengajak anak-anak jalanan yang terlibat pergaulan bebas untuk hijrah dan tinggal di pesantrennya.
Maka tak heran, kini pesantren ini sudah memiliki 71 santri, yang sehari-harinya mengandalkan Ustadz Rahmat dan donatur yang datang sesekali.

Bangunan utama tempat santri belajar hanyalah rumah semi permanen. Tanpa dinding dan tak beratap. Jika terik, santri belajar di tengah sengat matahari. Jika hujan, santri terpaksa diliburkan.
Begitu pun dengan bangunan yang menjadi asrama santri mukim. Karena kurangnya dana untuk membangun asrama, Ustadz Rahmat tak pikir panjang menjadikan rumah sederhananya menjadi pondok bagi santri. Rumah 2 kamar dengan dinding kayu itu menjadi tempat beristirahat santri setelah seharian menghafal Quran. Belasan santri mengisi satu kamar berukuran 4x4 meter, tidur berdesak-desakan.

Kisah ini mungkin akan menjadi kisah tentang ustadz biasa yang sering kita baca. Namun, berbeda dengan Ustadz Rahmat. Ia adalah seorang yang berprofesi sebagai buruh bangunan, bahkan sering kerja serabutan sebagai buruh tani. Tetapi punya panggilan hati yang kuat untuk menjadi da’i penegak syiar agama bagi warga kampung.
Ustadz Rahmat tak kuasa melihat anak-anak kampungnya tidak begitu peduli terhadap pendidikan, baik pendidikan formal, maupun non-formal. Mayoritas orang tua mereka sibuk bekerja serabutan di sawah atau di pabrik.
Sebagai orang yang dulunya pernah menjadi santri, Ustadz Rahmat merasa memiliki tanggung jawab untuk tidak meninggalkan anak-anak ini sendirian. Akhirnya dengan penghasilan yang tak seberapa, ia dan istrinya berjuang mendirikan pesantren bagi anak-anak kampung, dhuafa dan yatim, bahkan tak jarang pemuda-pemuda geng motor menjadi santri beliau.

Kini Ustadz Rahmat membutuhkan bantuan kita. Ia merasa khawatir jika santrinya harus terus belajar di atas bangunan kayu semi permanen tersebut. Lantainya sudah reot dan berderit, bukan tak mungkin jika suatu saat lantai itu bisa jeblos dan berbahaya bagi santri ke depannya. 
Asrama sekaligus rumah pribadi Ustadz Rahmat pun sudah mengkhawatirkan. Temboknya sudah lapuk dan kasur-kasur tipis yang digunakan berbarengan oleh belasan santri. Ustadz Rahmat dan istrinya tak ingin para santri berhenti belajar hanya karena bangunan pesantren yang mengkhawatirkan. Namun, beliau pun tak punya biaya untuk mempertahankan bangunan pesantrennya.
Ayo kita temani perjuangan Ustadz Rahmat! Bersama-sama, kita bangun pesantren Quran gratis untuk dhuafa dan yatim ini. Bersama, kita pertahankan perjuangan Ustadz Rahmat dan istri dalam menyeru syiar agama.
Ini adalah ladang investasi amal jariyah yang sangat luas! Insya Allah, setiap rupiah yang Sahabat Iman sedekahkan akan berbalas berkali-kali lipat, sebanyak kebaikan yang dilakukan para santri yang belajar dan menghafal Quran. 
“Sesungguhnya diantara amal kebaikan yang mendatangkan pahala setelah orang yang melakukannya wafat ialah ilmu yang disebarluaskannya, anak saleh yang ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya, masjid yang dibina, rumah yang dibina untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan. sungai yang dialirkannya untuk kepentingan orang banyak, dan harta yang disedekahkannya “(HR. Ibnu Majah).
Yuk Bantu Ustadz Rahmat pertahankan pesantren Qurannya!

Klik tombol “DONASI SEKARANG“
Pilih metode pembayaran 
Masukan nominal sedekah terbaik

Bagikan cerita dan laman donasi ini! Ajak sanak-saudara, keluarga, teman dan tetangga untuk ikut bangun madrasah. Satu orang berbuat baik karena ajakan Sahabat Iman, satu pahala dan kebaikan sebagai balasan!

Yayasan Al Iman adalah adalah lembaga filantropi kemanusiaan yang berperan aktif menghubungkan kepedulian kepada Keluarga Prasejahtera, Penyandang, Disabilitas, Anak-anak Yatim dhuafa, Santri Tahfidz dan Masyarakat Pelosok.

Bantu Kuli Bangunan Pertahankan Rumah Quran Gratis untuk Yatim Dhuafa

Info Lembaga

Tentang program

Berita Terbaru

Donatur